Mengenal Desa Adat, Kampung Dukuh di Garut

Desa Adat Kampung Dukuh
Sumber :
  • VIVA / Dody

VIVA.co.id - Kampung Dukuh, terletak di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jabar. Ia berjarak sekitar 100 km dari ibukota Garut. Kampung adat ini berada di lembah Gunung Dukuh, dengan luas 10 hektare, dan dihuni dua pemukiman, Dukuh Dalam dan Dukuh Luar.

Datang ke tempat ini sungguh membawa kesejukan, karena alamnya masih asri dan masyarakat hidup dengan sederhana. Mereka tinggal di rumah panggung, sebuah bangunan berwujud empat persegi panjang, terbuat dari kayu, atau bambu beratap daun ilalang, yang dilapis ijuk. Uniknya, semua bangungan di sini menghadap arah Barat dan Timur.

“Rumah penduduk kampung kami tidak menggunakan dinding tembok.  Selain itu, juga tidak memakai listrik dan barang elektronik,” ujar Ipin, seorang warga, diwawancara beberapa waktu lalu.

Warga kampung menganggap, benda-benda elektronik lebih banyak mudharat ketimbang manfaat. Tak hanya itu, alat makan yang digunakan warga setempat juga unik. Berasal dari pepohonan hutan setempat, seperti dari bambu dan batok kelapa.

Kampung Dukuh, merupakan salah satu kampung adat yang masih menganut kepercayaan nenek moyang. Begitu juga dalam melaksanakan peribadatan, warganya memiliki cara tersendiri.

Menikmati Liburan Nyaman di Kapal Pesiar

Saat waktu salat tiba, tak terdengar adzan memakai pengeras elektronik, yang terdengar hanya tabuhan bedug besar, tanda panggilan kepada warga kampung untuk beribadah.

Cara tradisional lewat pukulan bedug, dibagi menjadi beberapa kode. Pukulan pertama ditabuh satu kali, menandakan warga siap-siap datang ke masjid.

Pukulan kedua, bedug ditabuh dua kali, menandakan jamaah telah berada di masjid, dan siap melakukan salat sunah. Pukulan ketiga, bedug ditabuh tiga kali, menandakan mereka siap salat berjamaah.

Mengenal ngagentosan

Ada beberapa larangan yang harus dipatuhi masyarakat kampung. Yang pertama, tabu berdagang. Jadi, istilah jual-beli tidak dikenal, yang ada adalah ngagentosan (kegiatan mengganti).

Berdagang makanan matang dianggap pelanggaran berat di sini. Namun seiring dengan terjadinya perubahan sosial, di Dukuh Landeuh sudah ada warung yang berjualan kebutuhan sehari-hari. Mereka menjual jajanan anak, garam, minyak tanah, dan lainnya.

Kuncen setempat memerbolehkan warga berdagang, namun tidak untuk mencari untung besar, niatnya guna membantu warga memenuhi keperluan hidup. Meski demikian, berdagang makanan matang hasil olahan sendiri tetap dilarang.

Kadang, ada pedagang yang datang dari luar. Kalau orang kampung Dukuh ingin berdagang, mereka bebas melakukannya di luar kampung, karena larangan ini hanya berlaku di dalam kampung.

Menyusuri Sungai Cigenter, 'Amazon' di Ujung Kulon

5 Bukti Kepribadian Menentukan Tempat Berlibur Anda

Tempat berlibur petualang tentu berbeda dengan yang suka santai

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2016