Isyana Sarasvati: Aku Ingin Jadi Musisi yang Jujur

Isyana Sarasvati
Sumber :
  • Instagram.com/isyanasarasvati

VIVA.co.id – “Cinta adalah musik,” demikian Isyana Sarasvati menggambarkan arti sebuah cinta. Bagi mojang Bandung kelahiran 2 Mei 1993 ini, musik seolah sudah merasuk ke dalam jiwa dan mengalir dalam raga.

Raisa Tampil Memesona di Grammy Awards, Cantiknya Gak Ada Obat!

Sebabnya, Isyana kecil kerap diajak menonton pertunjukan orkestra oleh sang ibunda saat berada di Belgia. Indra pendengaran gadis bertubuh semampai ini perlahan mulai bersahabat dengan musik klasik.

Satu demi satu alat musik ia pelajari hingga akhirnya mumpuni. Alat musik itu antara lain piano, violin, saksofon, flute, hingga electone. Isyana pun bertekad mempelajari musik lewat jalur formal. Tak ada ragu saat ia meninggalkan SMA dan menuntut ilmu di Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA), Singapura. “Itu mimpi,” ujarnya mantap.

Hamish Daud Digeruduk Warganet hingga Diperingati Sebuah Hadis

Tak puas karyanya hanya dinikmati seorang diri, Isyana menggaet label rekaman. Di pertengahan 2015, ia merilis single bertajuk Keep Being You untuk khalayak ramai. Tak dinyana, single ini bercokol di puncak tangga lagu iTunes.

Mengekor di belakangnya single Tetap Dalam Jiwa. Dalam delapan bulan, video klip single tersebut menembus 41 juta views. Pun masuk dalam playlist favorit para DJ radio di Indonesia.

Unggah Kebersamaan dengan Sang Adik, Hamish Daud Diwanti-wanti Warganet: Jangan Aneh-aneh

Parasnya yang cantik semakin membuat publik melirik. Isyana mau tak mau dibanding-bandingkan dengan Raisa Andriana yang telah lebih dahulu terjun ke industri musik.

Buat Isyana, hal semacam ini adalah lumrah. Ia mafhum dengan dengan kondisi tersebut dan tak menganggapnya sebagai sebuah masalah. Katanya, semakin lama penggemar justru akan melihat jati diri seorang Isyana.

Tepat pada 25 November 2015, ia merilis album bertajuk Explore!. Album yang memuat 10 lagu itu kian mengukuhkan kehadiran Isyana di industri musik Tanah Air. 

Di sela-sela kesibukannya, dara yang lebih suka make-up minimalis ini berbagi kisah perjalanan kariernya hingga masa-masa ‘sulit’ saat remaja kepada VIVA.co.id. Berikut petikan wawancara dengan Isyana Sarasvati yang dilakukan di kantor Sony Music Entertainment Indonesia, beberapa waktu lalu:

Bagaimana awal perkenalan Isyana dengan musik?

Pertama kali pas kecil banget aku tinggal di Belgia sama keluarga. Ibu aku ambil diploma di sana. Jadi waktu kecil, sering banget diajak menonton simfoni, orkestra, segala macam.

Mungkin itu subconscious menjadi respons aku terhadap musik. Jadi aku mencintai musik klasik dan akhirnya aku pertama kali belajar pun inginnya belajar musik klasik. Itu mungkin secara tidak sadar kebawa dari umur tiga tahun sampai akhirnya pulang ke Indonesia.

Siapa sosok yang paling memengaruhi gaya musik seorang Isyana?

Kalau gaya musik enggak sih. Gaya musik aku, kehidupan aku sehari-hari. Enggak terpatok sama satu orang, satu genre. Jadi aku membuat musik yang sedang aku rasakan saja.

Cuma kalau orang yang sangat berpengaruh, sosok yang sangat berpengaruh di dalam perjalanan karier aku adalah ibu aku sendiri, karena ibu aku seorang musisi. Dia adalah guru pertama dan guru selamanya aku di musik. Dia sosok yang membangun karakter, mindset di dalam karier musik aku. Sampai ada di titik ini juga (karena) ibu dan bapakku.

Apakah ada dilema ketika memutuskan ke luar dari SMA saat masih duduk di kelas dua?

Enggak dilema, itu aku pesta. Itu mimpi. Dari awal aku harus kuliah musik bagaimana pun caranya dan ternyata di Nanyang  ada fast-track namanya. Jadi kita bisa ikut audisi tanpa harus lulus SMA, tapi harus punya sertifikasi. 

Kasarnya sertifikasi SMA-nya sudah harus lulus di musik, tapi enggak usah harus lulus SMA di sekolah publik dan aku ikutan. Eh, enggak tahunya diterima. Dapat scholarship, pergilah. 

Apa cerita di balik single Tetap Dalam Jiwa? Dari mana mendapatkan inspirasi?

Ini kisah nyata teman aku kemarin di luar (negeri). Jadi aku punya seorang teman selama empat tahun. Selama empat tahun dicurhatin. Semuanya, dari berantem, balik, akhirnya pas sudah mau lulus mereka memutuskan untuk udahan

Terus aku buat lagu karena aku merasa bukan dia saja yang cerita soal itu ke aku. Ada beberapa orang juga. Cuma si cerita empat tahun ini yang benar-benar menempel. Terus aku buat lagu, eh benar banyak yang ngerasain.

Kenapa Isyana memilih menulis beberapa lagu dalam Bahasa Inggris?

Kenapa? Enggak ada alasan. Karena Bahasa Indonesia dan Inggris bobotnya mungkin sama untuk aku. Di awal-awal lebih gampang menciptakan lagu dalam Bahasa Inggris daripada Indonesia. Kata kakakku, baku banget kamu. Cuma untuk Bahasa Inggris lebih fluent mungkin. Beberapa lagu di album itu sebenarnya banyak yang original-nya dalam Bahasa Inggris, cuma aku ganti ke Bahasa Indonesia.

Bagaimana rasanya melihat penggemar hapal lagu-lagu Isyana?

Terharu. Aku enggak pernah kayak begitu. Kan biasanya dahulu menciptakan lagu instrumental doang, orkestra. Sekarang aku menciptakan lagu berbahasa dan liriknya dari aku sendiri, dan lirik-lirik Isyana yang baku banget Bahasa Indonesianya waktu di awal-awal dan ternyata orang hapal.

Apalagi beda cara manggung dahulu sama sekarang.Kalau lebih komersial, manggung, orang coba nyanyi. Rasa haru banget, hapal. Kadang-kadang aku aransemen ulang. Untuk Isyana garis keras hapal aransemen. Rasanya termotivasi untuk lebih baik dan tidak henti berkarya.

Jika diberi kesempatan, siapa musisi dunia yang Isyana ingin ajak berkolaborasi?

Aku ingin ketemu Jamie Cullum. Aku ingin kolaborasi sama dia karena dia itu musisi menurut aku. Aku banget. Jadi dia main sambil nyanyi. Dia mencipta lagu sendiri. Dia suka improve. ‘Gila’ banget sih dia.

Saat muncul pertama kali nama Isyana sering dikaitkan dengan Raisa. Ada tanggapan?

Itu sangat normal di dunia ini karena sebelum aku menginjak dunia komersial, belasan tahun di dunia musik klasik itu sangat normal. Itu terjadi pada dunia musik klasik. Jadi saat ini terjadi, enggak kenapa-kenapa karena pasti digituin. Setiap ada penyanyi pendatang baru pasti akan dibandingkan dengan penyanyi yang sudah senior.

Selanjutnya... Mengekor Raisa

Bagaimana dengan anggapan bahwa kesuksesan Isyana mengekor Raisa?

Sebenarnya itu adalah pemikiran awal orang. Sekarang sudah enggak ada yang bandingin. Sudah jarang banget. Mereka sudah mengenal siapa jati diri aku, seperti apa musik aku. 

Kalau dahulu kan enggak kenal sama sekali. Mereka cuma lihat satu foto di Instagram dari banyak foto. Itu bukan satu konten yang kuat. Jadi menurut aku setelah mereka tahu, ‘Oh beda banget ya’. Mereka akan diam sendiri.

Bagaimana Isyana menyikapi haters?

Biasa saja. Soalnya kalau belum ada haters belum sukses di bidangnya. Haters ini sangat normal dan biasa. Di dunia klasik lebih jahat lagi.

Dalam sebuah pemberitaan, Isyana mengaku pernah mengalami anoreksia, bisa diceritakan pengalaman saat itu?

Jadi pertama kalinya itu aku lagi SMA. Jadi waktu itu pernah lagi konser di Jepang. Kemudian setelah pulang dari konser di Jepang, tiba-tiba berat aku tuh (naik). Biasanya sih enggak apa-apa. Aku enggak merasa terganggu sampai teman aku bilang, 'Eh Syan, gendutin ya'. 

Biasanya aku enggak apa-apa dibilang kayak gitu. Cuma tiba-tiba, waktu itu lagi masa-masa SMA. Lagi puber maksimal mungkin. Terus kayak kaget, setelah itu tiba-tiba nafsu makan hilang. 
Setiap hari cuma makan permen doang, makan yang lain sedikit menangis, minum air putih pun takut gendut. Ternyata aku turun dari 54 kilogram ke 40 kilogram. Untuk tinggi 167 sentimeter kurus banget sampai aku dikira peyot dan enggak sehat.

Sampai teman-teman aku bilangnya aku jadi enggak kelihatan sehat. Padahal di diri aku sendiri kalau lihat kaca, ‘Oh my God keren banget, tulang rusuk’. Padahal di mata orang enggak bagus sama sekali. Setelah itu alhamdulillah aku keterima di Singapura, terus ‘meledak’. Sembuhnya di sana.

Bagaimana Isyana melihat kesuksesan yang telah diraih saat ini?

Alhamdulillah, rasa syukur. Akhirnya mimpi-mimpiku berkarya dan dikenal sedang menuai dan karya-karya aku pun dikenal orang. Kalau lihat views-nya itu aku merasa sangat diapresiasi. 

Sudah begitu dengan tipe-tipe lagu yang menurut aku jujur saja maksudnya aku mengeluarkan single pertama pun dalam Bahasa Inggris. Aku merasa ingin keluarin Keep Being You dan dari situ tidak disangka dua hari nomor satu di iTunes. Itu kan awal banget dan enggak menyangka.

Tetap Dalam Jiwa awalnya musiknya pun bukan musik yang market. Awal-awalnya orkestra, di tengah-tengah dimasukin beat urban. Aku cuma ingin menjadi musisi yang jujur. Ternyata banyak yang suka juga dan merasakan hal itu. Apresiasinya juga baik, jadi aku bersyukur.

Apa hal yang masih ingin dicapai seorang Isyana?

Pencapaian jangka panjang aku yaitu ingin membuat music center sendiri. Jadi aku ingin banget membangun music center dengan sistem dan silabus aku sendiri. Di dalam music center bukan hanya ada kursus saja, bisa diperluas lagi. Ada music studio, atau segala macam. Inginnya disebut music center

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya