Kisah Dua Orang Difabel Menanam 10.000 Pohon

Ilustrasi tanam pohon
Sumber :
  • Pixabay/umutavci

VIVA.co.id – Jia Wengi dan Jia haixia selama satu dekade telah menanam lebih dari 10.000 pohon  Hal ini tentu menjadi prestasi bagi siapa saja yang melakukannya. Namun, yang mengharukan adalah karena Wengi adalah penyandang difabel yang tidak memiliki tangan, sedangkan Haixia tunanetra.

Inspiratif! Kedermawanan Abu Jaber Bagikan Ribuan Makanan Buka Puasa di Makkah Selama Bulan Ramadhan

Wengi kehilangan tangannya saat ia berusia tiga tahun setelah menyentuh kabel listirk, sedangkan Haixia, cedera pada kecelakaan tambang di tahun 2000. Keduanya tinggal di perkampungan miskin dan memulai menanam pohon beberapa tahun setelah Haixia kehilangan penglihatan untuk mendapatkan pemasukan lebih.

Mereka telah berteman sejak kecil dan menganggap satu sama lain saudara. Mereka ingin mengembalikan keadaan desa kecil di Provinsi Hebei, China yang telah rusak karena pembangunan.

Kisah Mualaf Ibu dari Crazy Rich Surabaya Gegara Melihat Orang Islam Lakukan Ini

Ini sangat sulit. Terlebih, di tahun pertama hanya dua pohon yang tumbuh dari 800 pohon yang telah mereka tanam. Tapi mereka terus bertahan, dan membuat saluran air kecil ke tempat yang tandus dan melakukan stek pada pohon-pohon yang ingin ditanam.

"Untuk orang normal mungkin hanya berkeringat ketika melakukan ini. Tapi kami berdua yang cacat, harus berdarah-darah dan berucucuran air mata,” kata Haixa seperti dikutip The Huffington Post.

Kisah Inspiratif Cristiano Ronaldo dari Masa Kecil yang Sulit Menuju Puncak Kejayaan

Industri di China membludak beberapa dekade ke belakang. Ini menyebabkan kerusakan lingkungan, buruknya kualitas udara, tercemarnya air, dan kematian hewan secara misterius.

Sejak mereka memulainya pada tahun 2000, keduanya kini telah berhasil membuat sebuah pulau kecil dengan hutan mini, yang ia kloning dan tebang sendiri.

“Sejujurnya, kita menanam untuk mendapatkan uang, tapi kini lebih untuk lingkungan, untuk meningkatkan kualitas udara,” kata Haixa.

Mereka tidak lagi mencari pemasukan. Kini mereka lebih perhatian pada kesejahteraan lingkungan. “Meskipun kami tidak mampu, tapi kami merasa sangat berarti,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya