Kelangkaan Vaksin Jadi Celah untuk Dipalsukan

Ilustrasi KB Susuk
Sumber :
  • Pixabay/dfuhlert

VIVA.co.id – Kepolisian terus mengembangkan kasus temuan baru vaksin palsu di daerah Tangerang Selatan. Kasus tersebut membuat masyarakat mempertanyakan kembali bagaimana pengawasan peredaran obat di Indonesia.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

"Kelangkaan secara global, bukan hanya Indonesia saja. Secara global kita ada peningkatan kebutuhan dan juga pemenuhannya. Mereka produsen tidak memproduksi, sehingga satu produsen untuk memenuhi kebutuhan global," ujar Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), usai jumpa media terkait kasus vaksin palsu di Kantor Kementerian Kesehatan RI,  Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 24 Juni 2016.

Ia menuturkan, selama ini ada beberapa produsen yang memproduksi obat yang sama, namun suatu ketika salah satu produsen, yang tak mau ia sebutkan namanya menghentikan produksi obatnya.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

“Nanti akan produksi lagi, ini masih dalam proses. Karena satu produsen harus penuhi kebutuhan global, jadi kejadian ini 2016 kelangkaan,” kata Aman.

Lebih lanjut, ia mengatakan, jenis vaksin yang dipalsukan biasanya adalah vaksin seperti Pediacel, Tripacel, Havrix, karena pernah mengalami kekosongan. Masih menurut Aman, pelakunya jeli melihat kondisi ini.

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

"Ada beberapa produk yang dipalsukan, Tuberculin, Pediacel, Tripacel, Havrix, dan Biocef," kata Togi Junice Hutadjulu, Direktur Pengawasan Produksi Produk Terapetik saat ditemui di kesempatan yang sama.

Kekosongan itulah yang dijadikan kesempatan oleh pelaku.

“Kalau Tuberculin gratis, sedangkan Pediacel impor dan pernah ada kekosongan, tapi sekarang sudah ada lagi. Mereka (pelaku) lihat kesempatan ini. Kalau Tripacel sebenarnya pemerintah ada vaksin yang seperti ini di Bio Farma, dan pernah ada kelangkaan juga di pasar. Kelihatannya mereka agak jeli melihat market,” ujar Togi.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa sebenarnya sudah banyak produsen resmi Pediacel dan Tripacel dari luar. Sementara itu, untuk Havrix, yakni vaksin Hepatitis A, memang terbilang masih langka karena faktor produsennya.

Sedangkan Pentabio sudah ada (DTP-HB-Hib Vaksin atau Pediacel dan Tripacel versi Indonesia) sudah masuk program pemerintah, bahkan hepatitis sudah termasuk di dalamnya.

"Kita minta kewaspaadan rumah sakit saat membeli obat agar dari jalur resmi, lewat e-katalog, aman dan umumnya dari Bio Farma," kata Menkes Nila F.Moelek.

Dampak vaksin palsu yang paling menyedihkan, menurut Aman, adalah anak jadi tidak kebal terhadap fungsi vaksin tertentu. Mengenai efek samping yang akan terjadi, menurutnya tergantung dari isi vaksin.

"Efek samping yang akan terjadi sangat tergantung dari isinya. Kalau isinya cairan infus, tidak apa-apa. Kalau antibiotik, kadar antibiotiknya bagaimana. Misal, Tuberculin diharapkan membentuk reaksi antibodi yang akhirnya keluar bentolan, yang ada terinfeksi TBC bisa jadi tidak dapat, jadi negatif. Jadi yang harusnya ketahuan TBC jadi tidak ketahuan,” Amin menjelaskan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya