Basmi Virus Zika dengan Semprot Pestisida, Amankah?

Ilustrasi-Nyamuk
Sumber :
  • REUTERS/Paulo Whitaker

VIVA.co.id – Wabah virus Zika, yang mulai menyerang Singapura dan Malaysia belakangan ini, turut menghantui masyarakat Indonesia. Virus ini juga menyita perhatian dunia.  

750 Juta Nyamuk Buatan Siap Dilepas untuk Lawan DBD dan Virus Zika

Seperti diketahui, Zika ditularkan melalui nyamuk aedes aygepti. Cara memberantas nyamuk ini pun banyak diketahui bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Namun nyatanya, cara basmi nyamuk ini menimbulkan kontroversi.

Bahan kimia pestisida yang digunakan untuk penyemprotan tersebut menimbulkan kritik dari Enviromental Protection Agency di tahun 1959. Terlebih, insektisida telah dilarang penggunaannya di Eropa sejak 2012 karena berbahaya saat kontak dengan kulit.

Virus Zika Picu Mikrosefali di Berbagai Negara, Bagaimana Indonesia?

Kendati begitu, menurut penelitian, mengenai racun lingkungan, Keith Solomon dari Ecosystem Science and Biodiversity menyatakan, sesungguhnya efek dari bahan kimia tersebut bergantung pada jumlah pemakaiannya dan yang terpapar pada manusia. Terlebih, jika bahan kimia tersebut digunakan di tempat sewajarnya, maka tidak akan berisiko besar pada kesehatan manusia, seperti dikutip laman Huffingtonpost.

Keith menuturkan, konsentrasi yang cukup tinggi akan bahan kimia tersebut memang dapat berdampak pada kesehatan manusia seperti sakit kepala, kebingungan bahkan kematian. Tapi, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa konsentrasi tinggi pada bahan kimia ini bukan standar dari penyemprotan untuk basmi nyamuk, sehingga efek tersebut kemungkinan besar tidak terjadi.

Ada Virus Baru Disebarkan Nyamuk, Gejalanya Mirip Zika

Studi di tahun 2008 yang menganalisa penyemprotan tersebut dipublikasikan dalam Journal of the American Mosquito Control Association. Peneliti menelaah 205 orang melalui sampel urin sebelum dan sesudah penyemprotan bahan kimia di sekitar Florida.

Hasilnya ditemukan bahwa komponen bahan kimia tersebut ditemukan pada urin para partisipan usai penyemprotan berlangsung yang disebabkan oleh dua hal yaitu area penyemprotan tersebut memiliki kandungan udara dengan level yang kurang baik dan kemungkinan beberapa partisipan juga telah terpapar bahan kimia saat di perjalanan. Ditambahkan Keith, kulit manusia juga tidak terlalu menyerap bahan kimia sejenis pestisida tersebut.

Oleh karena itu, Keith tetap menyarankan penggunaan pestisida guna membasmi nyamuk penyebar virus Zika karena dampak dari virus tersebut yang cukup berbahaya, terutama pada wanita hamil dan janinnya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya