Pelaku dan Korban Bullying Sama-sama Alami Trauma Psikis

Ilustrasi remaja
Sumber :
  • Pixabay/ wokandapix

VIVA.co.id – Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pelaku kekerasan (bullying) di sekolah mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di tahun 2015. Hal ini tentu membuat orangtua merasa was-was.

10 Tips Mencegah Aksi Kekerasan Antar Siswa di Sekolah

Bentuk bullying pun bisa dilakukan dengan kekerasan fisik maupun psikis. Kebiasaan tidak baik, seperti mengejek, memalak, menekan secara fisik, hingga tawuran adalah contoh kelakuan anak-anak yang bisa saja menjurus pada unsur mencelakakan.

Psikolog anak Anne Sari Sani dari TigaGenerasi mengungkapkan bahwa para pelaku bullying melakukan hal tersebut untuk mencari perhatian. Tidak hanya itu, para pelaku bullying memiliki perilaku impulsif dan lebih dominan untuk menunjukkan kekuatan untuk merasa hebat.

Termasuk Mayor Teddy, Nikita Mirzani Bongkar Perilaku Ajudan-ajudan Prabowo Subianto

"Biasanya mereka para pelaku bullying tega melakukan hal tersebut karena ingin menunjukkan kekuatan dan eksistensi alias cari perhatian. Namun hal tersebut juga didasari karena meraka memiliki sifat impulsif," ujar Anne Sari saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 15 Oktober 2016.

Sport Takes Down Bullying

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

Dia menambahkan bahwa biasanya para pelaku bullying dulunya juga pernah mendapati hal yang sama, yakni pernah dibully juga. Kemudian para pelaku bully mendapatkan rasa simpatik terhadap keluarga mereka.

Seperti mata rantai yang sulit terputus, anak-anak yang menjadi korban kekerasan tentunya juga mengalami ragam permasalahan dan traumatis mendalam. Dari mulai depresi, hilangnya rasa percaya diri, ketakutan untuk belajar di sekolah dan bergaul.

Bullying ketika masa anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan kemungkinan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah pada usia 50 tahun.

"Bullying ini bisa menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya. Ciri-cirinya bisa berupa stres, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, hingga kemarahan yang tidak tersalurkan," ujar Anne Sari.

Dia menambahkan bahwa  efek lain dari anak korban bullying yakni akan mengalami kebingungan. Tidak hanya itu, para korban bullying juga akan mengalami penurunan prestasi akademik bahkan gangguan mental pada sang anak, seperti niat untuk bunuh diri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya