Kisah Mak Eni, Penjual Gorengan di Gedung Pendopo Garut

Mak Eni, nenek yang berjualan gorengan selama 55 tahun di Gedung Pendopo Garut.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Diki Hidayat

VIVA.co.id – Tak seperti dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Mak Eni, warga Kampung Rancamaya, Desa Sukabakti, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih sulit untuk mengubah nasib.

YouTube Luncurkan sebuah Serial Dokumenter 5 bagian berjudul “Seribu Kartini”

Di usianya yang sudah senja, yakni 85 tahun, ibu tiga anak itu masih tetap berusaha mencari nafkah.

Tidak banyak yang diharapkan Mak Eni, dia hanya mencari uang untuk membeli beras dan lauk pauk saja. Sang suami, Didi (100), sejak 15 tahun lalu sudah tidak bisa beraktivitas karena usianya yang sudah tua.

Undangan Halal Bi Halal Numpuk, Penderita Diabetes Perhatikan Makanan yang Harus Dihindari Ini

"Kalau bukan emak yang cari uang, siapa lagi? Anak-anak sudah berkeluarga, emak harus mencari nafkah untuk saya, suami dan tiga orang cucu," ujarnya, Jumat, 2 Desember 2016.

Mak Eni sepanjang hari menjajakan gorengan dan leupuet (nasi yang diolah dan dibungkus menggunakan daun pisang) di kawasan Pendopo Kabupaten Garut. Usahanya tersebut sudah ia jalani sejak 55 tahun lalu. Itulah mengapa, Mak Eni sudah tidak asing lagi di kalangan pegawai Pendopo dan Pameungkang (rumah dinas bupati).

Kisah 2 Pemuda Mualaf yang Bikin Geger, Orang Sekampungnya Auto Masuk Islam

"Saya mah dari dulu jualan di sini, enggak pernah pindah-pindah,” ucapnya.

Dia menceritakan bahwa setiap hari dia harus bangun pagi sekitar pukul 02.30 WIB. Setelah menyiapkan gorengan dan leupuet, sekitar pukul 04.30 WIB ia baru mandi dan salat subuh. Selepas itu, Mak Eni bergegas menuju Gedung Pendopo Garut. "Pagi-pagi sekali saya harus sudah berada di sini (Gedung Pendopo)," kata Mak Eni.

Setiap harinya, ia harus merogoh kocek Rp19 ribu untuk membayar jasa ojek dan angkutan kota yang mengantarnya ke Gedung Pendopo Garut. Padahal, per hari ia hanya bisa mendapat uang sebesar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu dari hasil berjualan gorengan dan leupeut.

"Jadi semua dagangan saya kalau terjual semua omsetnya Rp200 ribu. Kalau laku semua ya, hasilnya lumayan," katanya menambahkan.

Sebenarnya Mak Eni menyimpan cita-cita yang sangat tinggi. Selain ingin mengubah nasib keluarganya, di sisa usianya tersebut Mak Eni berkeinginan naik haji. Namun, ia menyadari kondisi keuangannya sekarang. Karena itulah Mak Eni hanya ingin mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Cita-cita mah tinggi, ingin kaya dan bisa naik haji, tapi kalau begini terus mah, emak hanya berharap bisa membeli beras dan lauk pauknya," ujarnya pasrah.

Namun, walaupun hidupnya yang serba kesulitan, Mak Eni mengaku bangga karena selama ini bisa berjualan di tempat orang nomor satu di Garut. Setiap hari ia mengaku bisa bertemu bupati, walaupun hanya sekilas.

 Kadang-kadang pak bupati jajan juga, atau ngasih uang untuk mentraktir anggota Satpol PP,” ucapnya.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya