Kurang Gizi Sebabkan Anak-anak Sumba Tak Bisa Membaca

Ilustrasi anak sedang makan
Sumber :
  • Pixabay/vikvarga

VIVA.co.id – Kecukupan gizi pada anak berkaitan dengan banyak hal, salah satunya pendidikan. Rendahnya pendidikan di Sumba NTT, diyakini terkait dengan kurangnya gizi pada anak sekolah dasar.

Viral Anak SD Kelas 1 Ini Bawa Bir ke Sekolah, Buat Teman Kelasnya Teler

Sebelumnya, dari sebuah studi, didapatkan hasil bahwa rendahnya angka membaca anak sekolah dasar di Sumba, disebabkan oleh kualitas guru. Namun, ternyata, fakta tersebut diiringi dengan faktor lain yakni gizi.

Diketahui, banyak anak yang menghindari sarapan, yang mengakibatkan kesulitannya dalam menerima ragam pelajaran yang diberikan di sekolahnya.

Tiang Penyangga Ambruk, Polisi Periksa Empat Pekerja

"Masalah literasi tidak hanya pada guru tapi anak-anak yang tidak melakukan sarapan di pagi hari, yang di mana menyebabkan anak-anak menjadi tidak konsentrasi dan fokus," ujar Kepala Dinas Pendidikan, Yohanis Umbu Djangga, di Kemendikbud RI, Jakarta, Rabu 7 Desember 2016.

Yohanis membeberkan bahwa sebesar 50 persen banyaknya, anak yang di bangku kelas rendah, yang tidak makan pagi sebelum ke sekolahnya. Selain itu, terdapat 35 persen banyaknya anak di bangku sekolah dasar, yang menghindari sarapan paginya.

Kronologi Ambruknya Tiang Sound System yang Tewaskan Anak SD

"Dari sini kita harus bangun komunikasi untuk bahan-bahan makanan yang disediakan sesuai angka kecukupan gizi untuk sarapan pada anak," jelasnya.

Di lain pihak, terkait sistem evaluasi hasil pendidikan di sekolah dasar, studi berjudul "Strategi untuk Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Dasar di Sumba, NTT", menemukan hasil UN dan UAS belum mampu menjadi tolak ukur dari kemampuan belajar anak sekolah dasar. Sehingga, kaitannya dengan gizi, diharapkan mampu mengubah stigma terkait hasil ujian anak sekolah dasar.

"Kredibilitas dari hasil UN dan UAS anak sekolah dasar, masih belum bisa diperhitungkan karena masih rendahnya kemampuan membaca anak. Diharapkan, faktor-faktor terkait mampu ditingkatkan agar kredibilitinya bisa menjadi tolak ukur," ujar Anggota tim studi, Eko Cahyono, dikesempatan yang sama.

Diskusi kopi darat

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya