Kisah Perempuan Pewaris Lumpia Semarang

Meliani Sugiarto atau Cik Meme, generasi kelima lumpia Semarang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto (Semarang)

VIVA.co.id – Meliani Sugiarto atau yang populer bernama Cik Meme di jagad kuliner Lumpia Semarang, tak perlu disangsikan lagi. Perempuan cantik berdarah asli penemu lumpia itu kini terus mengukir prestasi lewat perjuangannya mempertahankan panganan lokal khas Kota Semarang.

Tempat Ini Sajikan Kuliner Nusantara dengan Rasa yang Disesuaikan Lidah Penikmatnya

Terbaru, Meliani didapuk menjadi Wakil Ketua Bidang Pangan dan Agrobisnis di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Semarang Jawa Tengah periode 2016-2021. Secara khusus Melaini dilantik oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Prestasi itu tak lepas dari perjuangannya mempertahankan kudapan Semarang agar tak diakui negara lain. 

Kuliner Kearifan Jawa Kuno yang Terinspirasi Kerajaan Majapahit di Bali

"Ini merupakan jiwa saya untuk melakukan tanggung jawab khususnya memperjuangkan makanan tradisional. Di Kadin tentu akan bersinergi agar kebutuhan pangan bisa terkendali," kata Melaini kepada VIVA co.id, Selasa, 20 Desember 2016.

Kisah penting perjuangan menjaga tradisi lumpia itu dilakukan Cik Meme di awal 2015 lalu. Saat itu ia sempat memimpin aksi protes klaim lumpia oleh Malaysia di Kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.

16 Tahun Indonesian Chef Association, Chef Expo Sukses Digelar

Cik Meme merupakan generasi kelima lumpia Semarang dari ayahnya sang Maestro Chief Tan Yok Tjay. Awalnya, panganan gulungan dengan isian daging, rebung itu merupakan perpaduan Tiongkok dan Jawa hasil kreasi pasangan Tjoa Thay Joy dan Mbok Wasi pada tahun 1870 silam. 

Perjuangan Cik Meme mempertahankan lumpia juga dilakukan di dapur toko Lumpia Delight miliknya. Tangan dinginnya kini mampu mengkreasikan lumpia dengan berbagai aneka rasa yang dikenal sebagai Lumpia Raja Nusantara. Mulai rasa kambing jantan, kepiting, ikan, udang telur hingga jamur mete. 

Kreasi baru itu bahkan langsung diganjar sejumlah penghargaan kuliner, seperti penghargaan varian menu lumpia terbanyak dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid). Beberapa kegiatan 'nguri-nguri' (menjaga) lumpia di Semarang juga terus dilakukan dengan beragam model.

"Sejak kecil saya sudah dilatih ayah bagaimana mempertahankan lumpia. Sampai saat ini pun saya masih cari sendiri bahan rebung di daerah terpencil," kata dia.

Selain memperkaya menu, Cik Meme juga mengembangkan varian lumpia agar berekspansi ke negara lain, seperti Hongkong dan negara-negara di Asia Tenggara. 

"Sebagai kuliner nenek moyang,  saya meyakini lumpia Semarang akan mampu menyaingi panganan luar negeri. Seperti Pizza, Dunkin Donutz dan makanan lain yang telah berekspansi di sini (Indonesia)," ujarnya.

Misi mempertahankan panganan tradisional itu pun, diakui Cik Meme akan terus dilakukan di tengah bekerja di Kadin. Selain mengembangkan daya saing ke luar, langkah yang ditempuh dengan memperhatikan keseimbangan bahan pangan agar kuliner khas Semarang terus bertahan.

"Sinergi dengan pemerintah kota tentu penting sekali. Termasuk menjaga stabilitas upah minimum kaum pekerja juga harus dilakukan," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya