Bahaya Pilek Anak, Bisa Sebabkan Rinosinusitis

Ilustrasi anak pilek
Sumber :
  • pixabay/Amanda Chaterine

VIVA.co.id – Pilek, atau dalam bahasa kedokteran disebut dengan rinitis, menjadi masalah yang sering dialami anak-anak. Penyebabnya bisa dikarenakan faktor non alergi atau alergi.

Waspada Bahaya Diare pada Anak! Kenali Gejalanya Segera!

Jika rinitis sudah masuk ke rongga sinus, maka bisa menjadi rinosinusitis. Bagaimana membedakan antara rinitis alergi dengan rinosinusitis? Dokter spesialis anak dr. Isabella Riandani, Sp.A menjelaskan, pada rinitis, cairan yang keluar adalah bening, jika sudah menjadi sinusitis cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan dan sudah lengket.

Rinosinusitis bisa mengakibatkan komplikasi, yang lebih berat bisa mengenai mata, saraf pusat, atau keduanya. Meski jarang terjadi, bisa juga mengakibatkan buta menetap bahkan meninggal.

Catat Moms, Ini Trik Si Kecil Aman Bermain di Tengah Suhu Panas Ekstrem

"Selain itu juga bisa mengakibatkan selulitis atau radang kulit. Bila mengenai saraf bisa radang otak, jika tembus bisa berbahaya. Ada nanah di lapisan otak, abses atau bisul dalam lapisan otak bahkan dalam otak itu sendiri," ujar dr. Isabella saat acara SOHO BetterU di Kebon Sirih, Jakarta, Senin, 19 Desember.

Apa yang bisa diberikan untuk menangani rinosinusitis, lanjut dr. Isabella, pertama adalah memberikan obat-obatan antibiotik, kortikosteroid topikal atau semprot, dekongestan topikal yang berfungsi untuk melegakan hidung, salin normal topikal untuk membersihkan hidung, dan antihistamin.

Benjol di Kepala Anak, Perhatikan! Ini yang Harus Orang Tua Lakukan

Tindakan pembedahan bisa dilakukan bila tidak ada perubahan dengan obat-obatan. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien yang sudah lebih dewasa.

dr. Isabella menjelaskan, pengobatan antibiotik biasanya diberikan bila ada kecurigaan infeksi bakteri. Sementara pada kasus yang lebih berat dan butuh dirawat di rumah sakit pemberian antibiotik dilakukan dengan infus.

Antihistamin diberikan pada rinitis alergi dan biasanya diberikan yang generasi kedua karena lebih efektif dan efek samping lebih sedikit.

"Dekongestan diberikan bila ada gejala sumbatan agar merasa lega hidungnya. Tapi dekongestan tidak bisa monoterapi karena efeknya sesaat, hanya berupa terapi tambahan saja dan tidak boleh dipakai lebih dari tujuh hari karena bisa membuat kering mukosa," terang dr. Isabella.

Pengobatan kortikosteroid intranasal, kata dr. Isabella, merupakan yang paling efektif untuk rinitis alergi. Kortikosteroid intranasal yang digunakan adalah generasi kedua yang memiliki efek samping lebih minimal.

Terakhir adalah menggunakan salin isontonik yang berguna untuk memperbaiki fungsi mukosa karena dia bekerja dengan membersihkan fisik secara langsung, membersihkan sel mediator inflamasi, dan memperbaiki kecepatan gerak silia atau bulu hidung.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya