Bahan Makanan Bebas Gluten Mengandung Arsenik, Benarkah?

Tanaman gandum.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Makanan bebas gluten, dalam beberapa tahun belakangan menjadi tren di berbagai negara. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang mengikuti gaya hidup dengan mengonsumsi makanan bebas gluten punya risiko terpapar logam beracun.

Mau Nasi Bebas Racun, Pakai Cara Masak ala Ilmuwan

Para ilmuwan menemukan, bahwa makanan bebas gluten memiliki dua kali lipat jumlah arsenik dalam tubuh mereka dan jejak merkuri hampir 70 persen lebih besar. Seperti diketahui arsenik juga salah satu penyebab kanker.

Para peneliti juga mengklaim bahwa makanan bebas gluten hanya baik dikonsumsi penderita celiac saja, di luar itu, sebaiknya tidak diet gluten.

#12TahunMunir, Kebenaran Harus Diungkap

Penderita penyakit celiac sering membatasi diri dari makan protein karena dapat membuat mereka merasa kesakitan.

Selain itu, tingkat arsenik yang tinggi juga ditemukan dalam makanan bebas gluten seperti roti, spaghetti dan sereal, yang berasal dari tepung beras sebagai pengganti gandum. Seperti dilansir dari laman The Sun.

Wajah Sering Kena Matahari Jangan Abaikan Penggunaan Moisturizer

Beras diketahui mengandung hingga sepuluh kali lebih arsenik dibandingkan makanan lainnya dari cara menanamnya. Biasanya, beras merah memiliki tingkat yang lebih tinggi karena arsenik ditemukan dalam lapisan luar, yang dihilangkan dalam proses penggilingan untuk menghasilkan nasi putih.

Peneliti dari University of Illinois di Chicago ini meneliti urin dari 73 peserta antara umur enam dan 80 tahun, semuanya dilaporkan mengonsumsi makanan bebas gluten selama lima tahun belakangan.

Ditemukan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan bebas gluten memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari arsenik dalam air seni mereka, dan  hampir 70 persen jejak merkuri yang lebih besar pada mereka dibatasi untuk diet bebas gluten.

"Hasil ini menunjukkan bahwa mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan dari makan makanan bebas gluten," kata penulis studi Dr Maria Argos.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya