Konsumsi Makanan Tak Segar Bisa Perpendek Usia?

Ilustrasi buah dan sayur.
Sumber :
  • Pixabay/Unsplash

VIVA.co.id – Sebagian besar orang seringkali menyimpan bahan makanan segar di lemari es terlalu lama. Dan terkadang, bahan makanan yang tak lagi segar diolah lalu dikonsumsi. Tahukah Anda, kebiasaan ini akan sangat berbahaya untuk tubuh.

Terpopuler: 6 Cara Buat Suami Bertahan di Atas Ranjang hingga 7 Manfaat Tempe bagi Kesehatan Tubuh

Dilansir Daily Mail, sebuah studi pun menemukan, mengonsumsi makanan yang sudah dalam keadaan tak segar dan terlalu lama disimpan dalam lemari es, bisa memperpendek usia.

Studi ini pun telah diuji coba oleh ilmuwan Harvard University yang melibatkan tikus dalam penelitiannya. Dari penelitian ini, para ilmuwan menemukan tikus yang diberi makan daging tak segar memiliki umur 13 persen lebih pendek daripada tikus yang diberikan makanan daging segar.

8 Manfaat Manfaat Buah Nanas untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Turunkan Berat Badan!

Ini terjadi lantaran makanan yang tak lagi segar, kandungan nutrisinya sudah mulai rusak. Dan jika dikonsumsi, bisa menyebabkan kerusakan sel tubuh. Hal ini lah yang menjadi penyebab, usia tikus yang mengonsumsi makanan tak segar bisa lebih pendek.

Meskipun kedengarannya dramatis, para peneliti di Harvard University bersikeras mereka memiliki bukti konkret bahwa makanan lama bisa mempercepat proses penuaan sel-sel di dalam tubuh. Ini pada akhirnya menimbulkan masalah kerusakan interaksi protein DNA, kurangnya respirasi aerobik, atau memperlambat fungsi enzim yang menyebabkan kondisi tubuh akhirnya menurun. Pada akhirnya tubuh menjadi lemah sehingga dengan cepat menyebabkan kematian.

Ngeri! Dampak Buruk Begadang bagi Kesehatan, Berisiko Kematian

Sekarang, para ilmuwan mengklaim makanan tak segar atau makanan lama adalah salah satu faktor yang menambah kerusakan pada sel-sel tubuh.

Tim yang dipimpin oleh Vadim Gladyshev saat ini pun tengah melakukan penelitian ulang. Salah satunya dengan memanfaatkan daging rusa usia tiga tahun dan membandingkannya dengan daging rusa dengan usia 25 tahun.

Selama hidupnya, tubuh rusa juga bisa mengalami kerusakan saat usianya mulai menua, dan sementara untuk rusa muda, dinilai memiliki daging yang lebih bergizi.

Dengan penelitian ini, para ahli juga menerjemahkan, bahwa makanan yang telah dibiarkan terlalu lama setelah dipanen, memungkinkan makanan itu memiliki kadar nutrisi yang semakin buruk.

Untuk penelitian ini, Gladyshev dan koleganya menguji tiga organisme yang berbeda: ragi, tikus dan lalat buah. Para peneliti ingin melihat, bagaimana mereka bereaksi terhadap makanan berusia berbeda selama periode tahun.

Dari penelitian ini ditemukan, mereka yang jadi bagian dari proyek penelitian, diberi makan-makanan produk segar, secara konsisten tidak mengalami kerusakan sel.

Tikus-tikus diberi makan daging rusa, baik rusa tiga tahun atau rusa 25 tahun, bukan cacing dan serangga yang mereka biasanya akan makan.

Pada tikus, kerusakan itu paling akut terlihat pada tikus betina dibandingkan tikus jantan.

Tikus betina yang menjalani diet konsumsi rusa usia 25 tahun, memiliki umur 13 persen lebih pendek dari tikus betina lainnya. Dan tikus jantan juga mengalami efek yang tak berbeda.

"Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita memperlambat proses ini? Bagaimana kita merestrukturisasi metabolisme sel sehingga kerusakan ini terakumulasi pada tingkat lebih lambat?" kata Glayshev.

Dia menegaskan penelitian ini belum dapat diterapkan pada manusia, karena itu hanya sebuah studi pada hewan.Namun, ini masih bisa dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya