Kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia

Busana Raja Salman Sederhana Tapi Mahal, ini Sebabnya

Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, di Istana Bogor, 1 Maret 2017.
Sumber :
  • REUTERS/Achmad Ibrahim/Pool

VIVA.co.id – Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, melakukan kunjungan kenegaraan sekaligus berlibur ke Indonesia pada 1 hingga 9 Maret 2017. Saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Raja berusia 81 tahun itu mengenakan busana tradisional Arab.

Raja Salman Ucapkan Selamat ke Prabowo jadi Presiden Terpilih: Semoga Sukses

Dia memakai jubah panjang, yang menjadi simbol pria Arab, atau disebut bisht warna cokelat dan hitam dengan sulaman benang emas di tepinya, dan dalaman dishdasha warna putih. Dia juga memakai penutup kepala pria atau disebut ghutra.

Dikutip dari Arab News, bisht biasanya dibuat dari benang wol atau sutra warna putih, beige dan krem dengan nuansa cokelat gelap, abu-abu dan hitam. Awalnya, bisht hanya dikenakan pada musim dingin oleh suku Badawi atau pengembara di Jazirah Arab, namun kini dipakai dalam sejumlah acara khusus, seperti pernikahan, festival, wisuda dan Idul Fitri.  

Raja Salman Gelontorkan Rp12,5 Triliun untuk THR Fakir Miskin hingga Pengangguran di Saudi

Bisht menjadi pilihan busana formal kalangan politisi, ulama dan pria kelas atas di negara-negara Arab. Pemakaian jubah tradisional ini pun menunjukkan strata seseorang.

Sayangnya tidak semua orang mampu membuat busana tradisional tersebut, karena dibutuhkan keterampilan khusus. Keterampilan ini biasanya diturunkan dari generasi ke generasi.

Wow, Raja Salman Sumbang 20 Ton Kurma dan 50 Alquran untuk Umat Muslim di Indonesia

Abu Salem, seorang penjahit bisht dari Al-Ahsa, mengatakan bahwa bisht pertama kali dijahit di Persia. "Saudi mengenal bisht ketika vendor bisht datang ke Arab untuk haji atau umrah," ujarnya.

Wilayah Al-Ahsa telah menjadi rumah penjahit terbaik bisht selama lebih dari 200 tahun dan produsen terkemuka di negara-negara Arab sejak tahun 1940. Beberapa keluarga di Al-Ahsa mewarisi keterampilan membuat bisht dari nenek moyang mereka.

Pertemuan Raja Salman dan Presiden Jokowi di Istana Bogor

Ada tiga jenis sulaman yang digunakan dalam pembuatan bisht, yakni benang atau zari emas, perak dan sutra. Zari emas dan perak paling sering digunakan.

"Bisht hitam dengan sulaman emas adalah yang paling populer, setelah krem dan putih," kata Abu Salem.

Dan pada awal 90-an, bisht dengan warna baru mulai bermunculan, seperti biru, abu-abu dan merah marun, yang mayoritas dipilih oleh kalangan muda. Sementara pria tua Arab tetap mengenakan bisht warna hitam, cokelat dan krem.

Harga jubah tradisional ini bervariasi, mulai Rp357 ribu hingga Rp71 juta,  tergantung kain, sulaman, warna dan modelnya. Yang paling mahal adalah bisht khusus yang dirancang untuk keluarga kerajaan, politisi dan orang kaya.

Mereka biasanya memilih bisht hitam, honey, beige dan krem buatan tangan dengan menggunakan zari emas, perak atau kombinasi keduanya. Abu Salem mengatakan, ada dua jenis zari, yang asli adalah zari sutra atau katun dilapisi emas murni atau perak, dan zari imitasi yang menggunakan benang ditutupi kawat tembaga dilapisi perak.

Bisht memiliki tiga desain, yakni darbeyah, mekasar dan tarkeeb. Darbeyah adalah bisht buatan tangan dengan sulaman menggunakan zari asli dengan pola tradisional, memiliki gaya persegi dan longgar.

Sementara mekasar atau gasbi memiliki sulaman dengan zari sutra sepanjang tepi kain. Sedangkan tarkeeb memiliki desain darbeyah dengan sulaman zari emas.

Saat ini, kebanyakan bisht dibuat dengan menggunakan mesin jahit. Namun beberapa penjahit masih membuatnya dengan tangan untuk menciptakan detail yang lebih rapi.

Menurut Salem, membuat bisht membutuhkan kesabaran dan waktu lama, tergantung gaya dan desain. Satu bisht membutuhkan waktu sekitar 80-120 jam dan empat penjahit dengan tugas masing-masing.

Kedatangan Raja Salman di Indonesia

Biasanya, di bawah bhist, pria Arab menggenakan dishdasha atau kandura. Dikutip dari Gulf News, dishdasha adalah pakaian panjang hingga pergelangan kaki dan berlengan panjang dengan garis leher ketat.

Dishdasha dibuat dari bahan katun yang nyaman dengan berbagai warna, seperti putih, off-white, dan gelap. Selain dua potong pakaian ini, pria Arab biasanya melengkapi penampilan mereka dengan mengenakan penutup kepala atau yang dikenal dengan nama gahfiyya atau sorban datar dipadu dengan ghutra. Ghutra adalah selembar kain berbentuk segitiga yang dipakai di atas kepala.

Untuk menjaga gahfiyya dan ghutra tidak berantakan atau tetap di tempatnya, digunakan agal atau pita tebal warna hitam dari wol yang diikat memutar. Agal memiliki berbagai bentuk dan warna. Warna putih biasanya dikenakan oleh ulama.

Sementara pemuda Arab mengenakan ghutra dengan cara khusus, yakni dililitkan ke kepala mereka, sedangkan yang lebih tua mengenakan dengan cara biasa. Meski ghutra biasanya berwarna putih, namun beberapa pria menggunakan ghutra bermotif kotak-kotak merah dan putih, seperti yang dipilih Raja Salman dalam kunjungannya ke Indonesia kali ini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya