Cegah Efek Film Kekerasan, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua

Film Logan.
Sumber :
  • 20th Century Fox

VIVA.co.id – Baru-baru ini, Film Hollywood Logan jadi buah bibir. Ini, lantaran sejumlah adegannya, diwarnai kekerasan.

Hugh Jackman Pensiun, Spin-Off Film Logan Tetap Dibuat

Sutradara film superhero yang dibintangi Hugh Jackman, James Mangold, sempat mengeluarkan imbauan dan larangan, agar anak-anak dan remaja tidak menonton filmnya. Ia juga mengatakan, tayangan di dalamnya, belum pantas dikonsumsi anak.

Di Indonesia, tayanyan film superhero keluaran Marvel itu, juga masuk dalam  rating R (Restricted), namun tetap saja, dikhawatirkan, akan ada banyak kelompok remaja yang penasaran ingin melihat tayangan ini.

Bioskop Imbau Orangtua Tak Ajak Anak Nonton Film Brutal

Dengan kata lain, dengan rating R, film superhero Logan ini, sebenarnya memang dikelompokkan untuk usia 21 tahun ke atas. Menanggapi hal ini, Prikolog anak, Ajeng Raviando, Psi punya penilaian penting.

"Usia 21 tahun itu untuk dewasa, karena dewasa dirasa cukup memahami dan bisa memilah apa yang baik dan tidak di dalam film Logan. Sayangnya, karena merasa itu adalah film superhero, lebih digolongkan untuk remaja dan orangtua cenderung membiarkan. Padahal kekerasan itu tidak pantas dikonsumsi remaja dan anak," ujar psikolog Ajeng Raviando, Psi, kepada VIVA.co.id.

Mewaspadai Konten Dewasa di Film Superhero dan Anak-anak

Dengan tema film pahlawan super, kata Ajeng, tidak bisa dipungkiri, mungkin banyak orangtua membebaskan anaknya untuk menonton film tersebut dan bahkan tanpa pengawasan. Orangtua seharusnya memiliki peran dalam membatasi anak dan remaja menonton film Logan atau bahkan tayangan-tayangan yang mungkin mengandung unsur-unsur kekerasan. Untuk itu, sebaiknya, orangtua juga tidak tinggal diam, berusahalah mencari tahu, tontonan apa saja yang mungkin akan membahayakan mental dan psikologis anak.

"Sekarang sudah ada teknologi, bisa lihat referensi film itu masuk ke golongan apa, cuplikannya seperti apa saja, apakah cocok untuk anak, itu tugas orangtua. Mikirnya, film superhero bagus dan boleh untuk anak, padahal belum tentu," kata Ajeng.

Ajeng mengakui banyak orangtua yang masih sangat abai terhadap referensi film tersebut. Menurutnya, orangtua harus bisa mengajak anak bersikap cerdas dan kritis, sejak usia lima dan enam tahun. Sehingga, dari usia dini itu, anak mampu menanamkan pemilahan film untuk dirinya sendiri.

"Dari awal, sejak usia dini, ajak anak mengerti mengenai batasan umur yang diterapkan dalam film dan akibatnya saat ia terpapar pada film yang tidak sesuai umurnya. Sehingga, dari awal, anak paham bahwa nantinya ia tidak boleh nonton sembarangan dan menjadi lebih kritis." (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya