Suntik Anti-Keriput Jadi Tren Kecantikan di Indonesia

Ilustrasi perawatan kecantikan.
Sumber :

VIVA.co.id – Perawatan kecantikan dan estetika kini telah berkembang menjadi salah satu kebutuhan. Tidak heran jika industri ini berkembang dengan pesatnya, khususnya di Indonesia.

Khasiat Premium DNA Salmon Soap, Beri Manfaat Luar Biasa Kesehatan dan Kecantikan Kulit

Di samping dorongan kebutuhan, perkembangan ini juga dibarengi dengan kemajuan teknologi di bidang estetika medis. Mulai dari perawatan neuromuscular hingga teknologi koreksi garis wajah untuk mengatasi masalah penuaan.

Sementara di Indonesia, permintaan akan solusi masalah penuaan, khususnya suntikan anti-keriput telah menjadi tren dalam estetika medis. Di antara sekian banyak suntikan anti-keriput, nuerotoksin dan dermal filler adalah perawatan yang paling umum digunakan.

Gemes Banget, Ge Pamungkas Buka-bukaan Gemar Merawat Kulit: Muka Itu Termasuk Aset

Menurut Board Certified Dermatologist Dr. Adri Dwi Prasetyo, neurotoksin yang paling umum digunakan sebagai salah satu solusi preventif untuk penuaan yang paling penting adalah Botulinum toxin tipe A.

"Namun, pada praktiknya masih ada kebingungan terkait dengan kegunaan Botulinum Toxin tipe A dan dermal filler dalam usaha mengatasi masalah keriput pada wajah," ujarnya pada konferensi pers Tren Kedokteran Estetika dan Teknologi Anti Penuaan di Veranda Hotel, Jakarta, Jumat 17 Maret 2017.

Nita Gunawan Ngaku Gak Pakai Bedak Buat Wajah Glowing: Cuma Pakai Sabun Rp30 Ribu

Berbeda Fungsi

Lebih lanjut, Adri menuturkan, keduanya memang sama-sama suntikan anti-keriput. Tapi, secara kegunaan, Botulinum Toxin tipe A dan dermal filler memiliki fungsi yang berbeda.

Botulinum Toxin tipe A lebih umum digunakan untuk mengatasi keriput yang disebabkan oleh ekspresi wajah seperti senyum, menyipitkan mata, dan mengerutkan kening. Sedangkan dermal filler untuk mengatasi keriput di garis wajah statis.

Trainer of Dermatologic Surgery Dr. David Sudarto Oeiria mengatakan, secara umum keriput dapat diklasifisikan menjadi dua jenis, yaitu garis ekspresi dan garis statis. Garis ekspresi disebabkan oleh kontraksi dari otot-oto ekspresi wajah, misalnya senyum, menyipitkan mata atau mengerutkan kening.

Sementara garis statis terlihat saat istirahat tanpa kontraksi otot seperti lipatan nasolabial-- lipatan membentang dari sayap hidung ke sudut-sudut mulut.

"Ekspresi wajah yang berulang akan membentuk kerutan sementara dan selanjutnya menjadi kerutan permanen atau statis. Kedua jenis kerutan ini perlu treatment berbeda," kata David. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya