Sate Serepeh, Kuliner Khas Rembang yang Nyaris Punah

Sate serepeh.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Banyaknya menu kuliner modern tak lantas membuat kuliner tradisional khas Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini terlupakan. Masakan lokal yang cukup khas dan patut dicoba itu bernama sate serepeh.

Tempat Ini Sajikan Kuliner Nusantara dengan Rasa yang Disesuaikan Lidah Penikmatnya

Dari namanya, kuliner sate ini memang cukup asing di telinga. Namun, di eranya dulu, menu sate dengan bumbu cukup khas ini pernah menjadi primadona di kabupaten paling timur Pantura itu.

Cita rasa Sate Serepeh yang unik memang terlihat dari bumbu yang disajikan. Meski tetap menggunkan varian daging ayam maupun kambing, tapi bumbu sate ini bisa dibilang anti-mainstream. Jika biasanya sate bertabur bumbu kacang, sate serepeh hanya cukup memakai bumbu dari gula Jawa yang ditumbuk halus.

Kuliner Kearifan Jawa Kuno yang Terinspirasi Kerajaan Majapahit di Bali

Mei Liem Gunawan (70 tahun), salah seorang pedagang sate Serepeh mengaku, Bumbu gula Jawa pada sate tersebut akan membuat daging yang dibakar itu semakin nikmat. Untuk mencampur bumbu itu pun butuh waktu hingga dua jam.

"Gula Jawa ini cita rasa yang sangat khas dari sate serepeh dari Rembang. Gula Jawa juga sangat akrab dengan lidah warga yang mayoritas orang Jawa," ujar Liem saat ditemui di Mall Sri Ratu, Semarang, Senin, 27 Maret 2017.

16 Tahun Indonesian Chef Association, Chef Expo Sukses Digelar

Uniknya, sate serepeh juga sering dinikmati bareng nasi tahu. Biasanya sate ini dijual di pagi hari untuk orang bersantap pagi. Sate serepeh juga lazim disajikan di Hari Raya Idul Fitri.

Liem menuturkan, ia hanyalah segelintir pedagang sate serepeh asal Rembang yang saat ini masih eksis. Ia menyebut, masih ada empat pedagang sate serepeh yang masih bertahan di tengah gempuran ragam menu modern sekarang ini.

Wanita yang sudah berjualan sate sejak 33 tahun silam itu pun mengakui bahwa pelanggan sate serepeh kini semakin ditelan modernisasi. Sehingga ia hanya kerap melayani pesanan dari luar kota.

"Makanya kami sengaja perkenalkan di Semarang. Agar banyak orang tahu kuliner Rembang yang nyaris hilang ini,” katanya menambahkan.

Selain itu, wanita keturunan Thionghoa tersebut mengaku banyak pesanan dari pelanggannya di Semarang. Sekali pesan bahkan sampai 2.000 tusuk. Di Rembang, sate serepeh ia jual Rp20 ribu per porsi.

Liem sendiri merupakan satu dari ratusan pedagang kuliner yang tampil dalam festival makanan bertajuk Brothefood Festival di Mall Sri Ratu, Semarang mulai 27 Maret hingga 2 April 2017.

Menurut Firdaus Adinegoro, Ketua Komunitas Kuliner Semarang, Brotherfood Festival digagas untuk memperkenalkan kembali sejumlah kuliner khas daerah yang nyaris hilang. Selain kuliner Rembang, ada pula pedagang-pedagang lainnya yang tampil. Mereka menjual makanan seperti soto Banjar, sup Binte Buluhata khas Gorontalo hingga ragam menu bakso.

"Konsep festival kuliner ini memang kita padukan kuliner yang hampir punah dengan menu kekinian. Tujuannya biar dikenal orang lagi,” kata Firdaus.

Sejak hari pertama pembukaan, kegiatan ini sudah mulai ramai dibanjiri pengunjung. Apalagi harga kuliner yang ditawarkan juga cukup murah di kisaran Rp10 ribu sampai Rp30 ribu. Panitia sendiri menyediakan sekitar 70 jenis kuliner khas Nusantara dengan 55 gerai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya