Jalan Damai Perceraian, Mungkinkah?

Ayu Ting Ting.
Sumber :
  • NUVOLA/VIVA.co.id

VIVA.co.id – "Pasangan yang akan berpisah kadang berpikir tentang perceraian yang sempurna-langsung terbebas dari konflik dan penuh badai. Dan digantikan oleh kedamaian dan ketenangan yang menyejukkan,". Begitulah kalimat yang ditulis Dr Brad Sachs dalam bukunya, The Good Enough Teen. Banyak pasangan yang berpikir  perceraian dapat menyelesaikan masalah yang terjadi.

Disebut Minta Nafkah Anak pada Ria Ricis, Pihak Teuku Ryan Klarifikasi

Tetapi, kadang perpisahan ini malah mendatangkan masalah baru. Salah satunya menyangkut hak asuh anak. Masalah hak asuh anak inilah yang biasanya menjadi pangkal sengketa di antara suami istri. Banyak pasangan yang tadinya berniat menghindari masalah yang lebih buruk, justru berakhir dengan konflik berkepanjangan karena hak asuh anak, yang akhirnya menjadi perebutan di antara kedua orangtua.

Bahkan, tak jarang kasus ini harus melibatkan penegak hukum. Setidaknya, inilah yang terjadi dalam kasus soal rebutan anak. Contohnya, kasus Nikita Mirzani dan mantan suaminya, Sajad Ukra. 

Teuku Ryan Inginkan Hak Asuh Anak dan Biaya Nafkah Anak dari Ria Ricis

Pria berkepala plontos ini melaporkan Nikita ke Polda Metro Jaya. Artis seksi ini dituduh menghalangi Sajad bertemu dengan anaknya, Azka. 

Laporan Sajad tentu saja membuat Nikita heran. Hak asuh jatuh ke tangan Nikita. Dan ia merasa Sajad yang selama ini menghindari keputusan pengadilan. "Mantan suami Niki dihukum bayar denda. Nah tapi enggak bayar. Anehnya mantan suami lapor polisi," kata Fahmi saat ditemui di Polda Metro Jaya. 

Teuku Ryan Ngamuk Disebut Tuntut Hak Asuh Anak dan Minta Nafkah dari Ria Ricis

Nikita membantah mempersulit Sajad bertemu dengan anak. Ia hanya takut anaknya dibawa kabur. Selesaikan saja dulu kewajibannya.? Nah takut dan ngeri, takut Azka dibawa kabur mantan suami," ujar Nikita.

Menurut bintang film Comic 8 itu, sang mantan suami tak pernah menyesuaikan waktu dengan jadwalnya untuk bertemu anak. Maka ia menekankan kepada sang mantan untuk melunasi kewajibannya. "Dari pada loe bayar pengacara mahal, mending bayar ini," ujarnya.

Kasus serupa juga pernah dialami artis seksi Anne J Cotto. Anne juga pernah digugat mantan suaminya, Mark Hanuzs, soal hak asuh anak. Pria bule asal Amerika Serikat itu mengajukan gugatan hak asuh anak semata wayang mereka ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Mark mempersoalkan hal asuh anak yang jatuh ke tangan Anne dan menganggap hak asuh anak dapat dibatalkan karena Anne sudah menikah lagi. Namun, akhirnya Mark menarik gugatannya. Anne pun lega.

Kisruh hak asuh anak juga dialami Ayu Ting Ting. Pedangdut ini kembali berseteru dengan mantan suaminya, Henry Baskoro alias Enji, soal anak semata wayang mereka, Bilqis. 

Enji mengaku merasa dipersulit bertemu putrinya. Bahkan, saat Enji bertemu anaknya di sebuah mal di Jakarta, keluarga Ayu langsung buru-buru membawa putrinya pergi dari mal, sehingga membuat Enji kecewa.

Kisruh soal anak antara Ayu dan Enji menyedot perhatian. Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang dilaporkan kasus ini melalui Sekjen, Rita Pranawati, menegaskan, upaya Ayu menghalang-halangi Enji bertemu anak sudah melanggar Undang-undang Perlindungan Anak.

"Tidak ada alasan apapun untuk melarang seorang ayah atau ibu untuk bertemu anaknya termasuk pengadilan sekali pun. Orangtua boleh berpisah karena cerai, kemudian disebut sebagai mantan suami atau mantan istri, namun tidak ada mantan anak," ujar Rita kepada VIVA.co.id, Rabu 16 Maret 2017.

Orangtua, lanjutnya, tidak dapat melarang anak bertemu dengan ayah atau ibunya. Ini karena bertemu, mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya adalah hak setiap anak, sebagaimana terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 14 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”), yang bunyinya: “Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.”

Saling Ancam dan Bongkar Aib

Konflik Ayu dan Enji pun kian memanas. Ayu menuding Enji melaporkan dirinya ke KPAI. Namun, dengan tegas Enji, yang diwakili kuasa hukumnya Deny Karel Tumuju membantah kliennya melaporkan Ayu ke KPAI. 

"Saya sudah konsultasi dengan KPAI mengenai pemberitaan selama ini, jujur Enji tidak nyaman dengan pemberitaan ini. Karena pernah enggak ada pengaduan, makanya saya cek ke sini, jangan jangan pengaduan lama  yang baru ditindak lanjuti, ternyata tidak ada juga," ungkap Denny saat ditemui di KPAI.

Pihak KPAI pun bersedia membantu Ayu dan Enji untuk melakukan mediasi. Namun, Ayu menolak hal tersebut. "Urusan apa, atas dasar apa? Saya juga kaget, saya enggak tahu bisa ramai," kata Ayu dengan nada kesal saat ditemui di kediamannya di Depok, Jawa Barat. 

Ayu sangat marah karena menganggap Enji mencari ulah dan gara-gara dengan dirinya. Pelantun Sambalado ini mengancam mantan suaminya tersebut. Jika Enji terus mengganggu hidupnya dan juga keluarganya, ia akan membongkar aib pria berkepala botak tersebut. 

"Jangan sampai saya keluarkan yang belum pernah saya keluarkan. Itu aja. Saya masih nahan-nahan dan masih anteng masih diam. Bagi saya, ya udahlah urusan kita udah urusan masing-masing aja," ujarnya. 

Enji pun tak tinggal diam.  Enji mengaku siap membuka fakta mengenai ayah biologis anak hasil pernikahan mereka.

Melalui pengacaranya, Denny Karel Tumuju, Enji siap membongkar semuanya melalui mediasi dari KPAI. "Kalau terkait itu kami akan proses begitu ya kalau di KPAI sendiri. Gini, nanti kita saling mempertemukan apa yang dituduhkan kedua belah pihak, apa yang diinginkan kedua belah pihak untuk mengklarifikasi," ungkap Denny.

Masalah Klasik

Bukan hanya Ayu dan Nikita yang berseteru dengan mantan suami karena hak asuh anak. Sejumlah selebriti terkenal lainnya juga sempat merasakan hal tersebut, seperti Maia Estianty dan Ahmad Dhani. 

Pasangan yang perceraiannya ini berjalan alot juga menghadapi masalah perebutan hak asuh anak. Pengadilan Agama Jakarta Selatan memutuskan bahwa hak asuh ketiga anak Maia dan Dhani, Al, El dan Dul jatuh ke tangan Maia. 

Namun, Dhani mengajukan banding. Musisi ini menyatakan bahwa ketiga anaknya lebih banyak bersama dirinya. Maia pun melakukan berbagai cara agar dapat berkumpul dengan ketiga putranya, tetapi selalu dipersulit Dhani. 

Namun, dengan seiring berjalannya waktu, Maia pun dapat berkumpul dengan ketiga anaknya. Bahkan, saat putranya ulang tahun, Maia rela bertemu dan merayakannya bersama Dhani. 

Kasus ini pun terjadi pada perceraian Tamara Bleszynski dan Teuku Rafly Pasha. Keduanya terlibat pertikaian karena hak asuh anak, Teuku Rassya Islamay Pasha. Tamara sempat menangis sesunggukan di kediaman Teuku Rafli karena ingin bertemu dengan anaknya. 

Namun, seiring dengan usia putranya yang bertambah, kini hubungan Tamara dan putranya berjalan baik. Rassya sering menjenguk Tamara yang tinggal di Bali.

Kasus ini tak hanya menimpa selebriti, tetapi juga masyarakat biasa. Yang cukup menarik perhatian adalah kasus Fransisca Jo di tahun 2012 lalu. Fransisca dilaporkan mantan suaminya, Peter Soetanto ke Polda Jawa Barat atas kasus penculikan anak. Fransisa harus berurusan dengan kasus pengadilan karena dituduh menculik putra kandungnya sendiri. 

Fransisca dan Peter bercerai tahun 2005 lalu. Pasangan ini memperebutkan hak asuh kedua anak laki-laki mereka. Bahkan, kasus ini sampai ke tingkat Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. Putusan MK menyatakan bahwa hak asuh kepada Peter.

Kasus serupa juga sempat terjadi pada seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun di Tangerang. Bocah berinisial ET dilaporkan telah menjadi korban penculikan. Tragisnya, ET diculik di hadapan ibu kandungnya di dekat sebuah mini market di Bunderan Tiga, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Polisi menduga ini bukan kasus penculikan biasa. Polisi menilai kasus ini berkaitan dengan masalah keluarga, yakni berebut hak asuh anak.

Psikologi Anak, Astrid Wen mengungkapkan bahwa saat orangtua bercerai, terjadi perebutan hak asuh anak adalah hal yang wajar. Terlebih lagi, jika perceraian ini disertai dengan ego masing-masing pihak yang bercerai. 

"Jadi mereka memperebutkan hak asuh karena anak darah daging mereka sendiri, sudah menjadi insting. Jadi siapa yang benar siapa yang menang, pada saat itu menjadi penting sehingga akhirnya juga bisa terjadi perebutan anak," kata Astrid kepada VIVA.co.id

Di saat itu, pasangan yang memutuskan berpisah berpikir siapa yang lebih baik mengasuh anak. Si ibu berpikir dia lah yang paling pantas karena melahirkan dan mengurus anak, sementara sang ayah juga berpikir dirinya lebih pantas karena mampu membiayai hidup anaknya tersebut lebih baik. 

"Karena mereka juga ingin keturunan mereka mendapatkan pengasuhan yang lebih baik. Jadi bisa juga masing-masing orangtua ingin menunjukkan saya yang lebih bisa mengasuh anak dengan baik. Saya yang bisa membawa anak saya mendapatkan masa depan yang lebih baik.Jadi sebab itu yang mungkin membawa perebutan hak asuh anak," katanya. 

Dampak pada Anak

Kawin cerai bukan hal yang tabu di zaman sekarang ini. Tingkat perceraian di kalangan masyarakat semakin meningkat. Namun, yang sering dilupakan orangtua dalam kasus perceraian ini adalah kebahagiaan anak. Bahkan, tak jarang anak-anak terluka saat orangtua memperebutkan mereka. 

"Dari perceraian itu adalah anak yang paling merasakan dampaknya. Anak enggak bisa memilih, harus ikut ibu atau ayah. Orangtua harusnya mereduksi dampaknya pada anak," kata Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Rita Pranawati saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu 2 April 2017.

Rita pun mengungkapkan kadang saat bercerai, pasangan tak dapat mengesampingkan egonya. Pasangan yang saling benci ini tak memikirkan soal anak, mereka terkadang lebih mementingkan siapa yang menang dan kalah. 

"Jadi pokoknya masalah anak itu kadang dipikirkan belakangan. Sementara mereka masih ada dendam. Kalau menang hak asuh itu berarti win, dan yang satunya kalah. Padahal, bukan seperti itu. Pengasuhan anak tetap bersama, karena enggak ada mantan anak. Orangtua tetap memiliki kewajiban bersama mengurus anak walau bercerai, ujarnya. 

Sementara itu, Astrid Wen mengingatkan kepada pasangan yang bercerai, untuk hati-hati dalam bertindak dan harus memikirkan perasaan buah hati mereka. Pasangan yang berpisah juga harus memikirkan kondisi anak yang harus bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Karena jika anak mendapatkan sorotan yang besar akibat perceraian orangtuanya, ini akan memengaruhi kondisi si anak. 

"Mungkin saja mereka akan mendapatkan banyak respon dari lingkungan mereka, seperti mereka akan mendapatkan banyak simpati atau mereka juga bisa mendapatkan banyak bullying atau mereka mendapatkan opini public mengenai orangtua mereka," katanya.

Astrid pun mengingatkan saat bercerai, diusahakan agar pasangan menghindari kondisi saling menyalahkan dan membandingkan pengasuhan dan merasa yang terbaik dalam mengurus anak. 

"Jika kedua orangtua saling menyalahkan akan memberikan stres tersendiri pada anak. Sebagian anak akan berusaha berada di tengah-tengah dan mendamaikan keduanya. Tetapi, mungkin akan tidak baik bagi kondisi emosi anaknya," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rita. Menurutnya, saat perceraian terjadi, perasaan anak yang seharusnya lebih dulu dipikirkan. Hak asuh jangan dianggap sebagai penguasaan mutlak. 

"Walau terjadi perceraian, anak tetap harus bisa bertemu dengan kedua orangtuanya. Pengasuhan anak harus dilakukan bersama," katanya.

Ia pun menambahkan tak ada salahnya jika pasangan yang bercerai, sesekali menuruti keinginan anak yang meminta jalan dan makan bersama.

"Memang mungkin bagi yang sudah ada pernikahan lain, ini harus dijelaskan kepada pasangan agar tidak terjadi salah paham. Katakan kepada pasangan, bahwa semua itu dilakukan demi anak. Memang tidak mudah," katanya. 


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya