Konsumsi Suplemen pada Ayah Pengaruhi Perkembangan Anak

Ilustrasi suplemen.
Sumber :
  • Pixabay/Steve Buissinne

VIVA.co.id – Jika Anda berpikir bahwa perkembangan anak hanya dipengaruhi oleh makanan ibu dan gaya hidupnya sebelum hamil, maka Anda bisa jadi salah.

Bahaya Fatherless Bagi Anak, Rentan Terjebak Toxic Relationship

Menurut sebuah studi, konsumsi beberapa suplemen makanan seperti minuman berenergi atau pil asam folat oleh sang ayah ternyata dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry ini, menguji tikus jantan yang diberi makan donor metil, seperti asam folat, metionin dan vitamin B12. Hasilnya, keturunan mereka tidak memiliki kualitas tes pembelajaran dan memori yang baik. Demikian dilansir dari laman Indian Express.

Banyak Anak Konsumsi Makanan Kurang Bergizi, Ahli Sarankan Ibu Masak Sesuai Selera Buah Hati

Pengaruh diet ini disebut pola epigenetik dalam genom, dan pemrograman ulang ini diturunkan beberapa derajat ke generasi berikutnya melalui sperma.

Hal ini menunjukkan bahwa asupan konsentrasi tinggi donor metil juga bisa memiliki efek samping pada manusia, misalnya jika mereka mengkonsumsi minuman berenergi atau pil asam folat dalam jumlah berlebihan, kata para peneliti.

Pengusaha dan Akademisi Berkolaborasi Turunkan Stunting Lewat Program GAS-KIPAS

“Kami mampu menunjukkan bahwa bahkan perubahan sementara dalam diet ayah dapat menyebabkan kemampuan belajar keturunannya terganggu. Ini mempengaruhi khususnya kemampuan untuk tugas navigasi spasial,” kata Dan Ehninger dari German Centre for Neurodegenerative Diseases (DZNE).

Selanjutnya, pada keturunan dari tikus  jantan yang diberi makan dengan donor metil dan mengadopsi diet yang mengandung konsentrasi tinggi metionin, asam folat, vitamin B12, kolin, betain dan zinc, kelainan yang ditemukan tidak hanya dalam perilaku keturunannya, tetapi juga di otak mereka.

Koneksi saraf di hippocampus, sebuah wilayah otak yang penting untuk memori bereaksi cukup lamban terhadap rangsangan,  yang menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi mereka, yang disebut plastisitas saraf telah rusak pada keturunannya.

“Semua ini hanyalah hasil dari hewan percobaan. Namun, manusia juga dapat terkena efek dari dosis tinggi donor metil,” kata Ehninger. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya