Sandip Ray Kenang 100 Tahun Karier Ayahnya

Sandip Ray
Sumber :
  • Wikimedia

VIVA.co.id – Sandip Ray bersiap untuk menyuguhkan sajian sinematografi istimewa di tahun ke-100 jejak karier ayahnya, Satyajit Ray, sebagai pembuat film India terkemuka. Tahun ke-100 karier Satyajit jatuh pada 2021.

Poonam Pandey, Artis Kontroversial India Meninggal karena Kanker Serviks

Satyajit sudah berkiprah di dunia perfilman sejak 1921, dan menutup usia saat 71 tahun, pada 23 April 1992. Academy of Motion Picture Arts and Sciences menganugerahi Satyajit dengan Penghargaan Kehormatan Akademi, pada 24 hari sebelum kematiannya. Satyajit merupakan orang India pertama dan satu-satunya yang meraih penghargaan tersebut. 

Seperti yang dilansir laman India, rencana besar Sandip untuk hari ke-100 jejak karier ayahnya, sedang dimatangkan, untuk membuatnya menjadi kejutan besar. 

Raih Rp227 Miliar di Box Office, Ternyata Segini Gaji Para Pemain Film Jawan

"Kami (tim produksi) punya rencana, tapi saya tidak ingin mengungkapkannya sekarang juga. Seratus tahun adalah sesuatu yang sangat istimewa bagi kami semua. Jadi kami harus berpikir besar untuk peringatan 100 tahun," kata putra pembuat film peraih Oscar, Sandip. 

Namun, kemungkinan konsep acara yang akan dipertunjukkan dalam bentuk pameran keliling di India. "Kami pasti akan memiliki pameran yang sangat besar dari keseluruhan hasilnya. Itu untuk meyakinkan," ujar Sandip. 

5 Artis India Ini Pilih Jomblo Meski Sudah Tak Muda Lagi, Alasannya Menikah Bikin Tak Bebas

Lantas menjadi pertanyaan, apakah Sandip merasakan beban karya warisan ayahnya yang terkenal, yang mencakup pelajaran klasik, seperti trilogi Apu, "Pratidwandi", "Jalsaghar", serta seri Feluda yang menawan dan abadi?

"Beban pasti iya. Tapi, saya tidak ingin terlalu memikirkan hal-hal itu. Jika, melakukannya, tidak akan bisa bekerja fokus," tutur Sandip. 

"Pather Panchali", film pertama dalam trilogi Apu dan debutan Satyajit pada 1955. Film ini berhasil memenangi 11 hadiah internasional, termasuk penghargaan Best Human Document perdana di Festival Film Cannes 1956. 

Ada juga karya Satyajit dalam bentuk tulisan. Sekitar 27 tahun lalu, sebuah novel Pradosh Chandra Mitter, yang dijuluki Feluda, menampilkan kemampuan analitis dan pengamatan mata-mata yang luar biasa untuk menggali petunjuk yang pada akhirnya menghasilkan solusi kasus-kasus misteri, baik itu pembunuhan, pencurian atau penculikan. 

"Jika dia orang Bengali, harus membaca Feluda dalam bahasa Bengali, bukan terjemahan bahasa Inggrisnya. Tapi, sekarang sangat disayangkan, karena sebagian besar toko buku tutup, sebab begitu banyak orang hanya memanfaatkan jasa online," ungkapnya. 

Sebagai informasi, Satyajit semasa hidupnya dikenal sebagai sutradara yang produktif dan cakap dalam banyak bidang. Ia telah menyutradarai 37 film, termasuk film pendek dan dokumenter. 

Film pertamanya, Pather Panchali, memenangi 11 penghargaan internasional, termasuk Best Human Document di Festival Film Cannes. Dilanjutkan dengan Aparajito dan Apur Sansar, ketiganya merupakan satu kesatuan dalam Apu trilogi.

Satyajit berperan penuh dalam penggarapan setiap filmnya. Mulai dari menulis naskah, pemillihan pemain, pemilihan musik dan tata suara, sinematografi, pengarahan seni, editing, desain untuk judul dan kredit, serta menyiapkan materi promosi dan publikasi. 

Selain berkarya dalam dunia sinematografi, ia juga seorang penulis cerita fiksi, penerbit, ilustrator, desainer grafis, dan kritikus film. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya