Studi: Otak Lebih Mudah Mengingat Tentang Makanan

Ilustrasi makan.
Sumber :
  • Pixabay/epicantus

VIVA.co.id – Sebagian besar orang memiliki kenangan tentang makanan. Kenangan tentang makanan yang diingat biasanya sederhana, misalnya tentang rasa dan bentuk permen yang kita terima sebagai hadiah waktu kecil. Atau, bisa jadi hidangan yang pertama kali kita buat.

Trik ala Tasya Kamila agar Anak Gak Gampang Sakit, Bisa Dicontek Bun!

Tidak peduli penting, atau tidaknya, kenangan yang melibatkan makanan terasa hidup dan nyata dibanding jenis kenangan lain.

"Kenangan akan makanan lebih sensoris daripada kenangan lain. Hal itu terjadi, karena makanan mencakup lima indra. Jadi, ketika Anda benar-benar terlibat dengan rangsangan, ini memiliki efek yang lebih kuat," jelas Susan Whitborne, profesor ilmu psikologis dan otak di Universitas Massachusetts.

Tempat Ini Sajikan Nuansa Hingga Musik di Era 1920an

Dilansir dari The Huffingtonpost, dia melanjutkan, tidak hanya penglihatan, dan selera, tetapi juga indera dan yang menawarkan potensi untuk melapisi kekayaan memori makanan.

Psikolog dan neuroscientist Hadley Bergstrom, asisten profesor psikologi di Vassar, mengambil satu langkah lebih jauh. Bergstrom mengatakan, kenangan terhadap rasa cenderung merupakan kenangan asosiatif terkuat yang dapat dibuat.

Netizen Kritik Adab Nagita Slavina Kasih Bekas Makanan dari Gigitannya ke Karyawan RANS

"Kenangan makanan terasa sangat nostalgia, karena ada semua konteks saat Anda mempersiapkan, atau menyantap makanan ini. Jadi, makanan menjadi hampir simbolis dengan makna lain," kata Susan Whitbourne.

Menurutnya, bukan hanya soal rasa, tetapi momen dan pengalaman bersama keluarga, ketika memakan sesuatu juga membuat seorang punya insting yang kuat akan makanan.

"Ide nostalgia, misal bahwa saus tidak hanya terkait dengan pasta yang lezat, tetapi juga dengan nenek dan rumahnya, itu karena makanan sangat menguatkan. Semua rangsangan ini di lingkungan menjadi terkait dengan sifat penguat dari saus pasta yummy itu," kata Bergstrom, sebagai ahli saraf, yang menggunakan makanan sebagai studinya untuk mengetahui alasan ini.

Itulah sifat kenangan akan makanan. Mereka tidak hanya berdasarkan fakta, atau kebutuhan kita untuk bertahan hidup, namun dibentuk oleh konteks yang meliputi, situasi dan emosi yang terlibat. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya