Jelang Ramadan, Waspada Takjil dengan Kandungan Berbahaya

Razia makanan kedaluwarsa oleh BPOM.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Jelang Ramadan 2017, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) gelar intensifikasi pengawasan pangan. Itu telah dimulai sejak 15 Mei 2017 lalu dan akan terus berlanjut hingga satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.

Bareskrim Selidiki Kopi Diduga Mengandung Paracetamol dan Obat Kuat

Berdasarkan rilis yang diterima VIVA.co.id,  Rabu, 24 Mei 2017, target pengawasan difokuskan pada pangan olahan tanpa izin edar (TIE), kedaluwarsa dan rusak di sarana distribusi pangan.

Selain itu, petugas BPOM beserta Balai Besar atau Balai POM (BB/BPOM) di seluruh Indonesia pun meningkatkan pengawasan terhadap pangan jajanan berbuka puasa (takjil) yang kemungkinan mengandung bahan berbahaya. Intensifikasi pengawasan ini dilakukan secara terpadu dan sinergis bersama lintas sektor.

Asosiasi Industri AMDK Diminta Percayakan Penuh ke BPOM soal Label BPA

Di minggu pertama pelaksanaannya, petugas telah memeriksa 712 sarana distribusi pangan, dengan hasil masih terdapat 40 persen sarana yang dikategorikan tidak memenuhi ketentuan (TMK) karena menjual produk pangan kedaluwarsa, rusak, dan TIE.

Total temuan pangan TMK dari sarana tersebut berjumlah 152.065  kemasan, terdiri atas 74 persen pangan TIE, 23 persen pangan kedaluwarsa, dan 3 persen pangan dalam keadaan rusak. Dari seluruh sarana TMK yang diperiksa, 43 persen dari total temuan pangan TMK berasal dari gudang distributor atau importir TMK yang berjumlah 177 sarana.

Demi Kesehatan Anak, Arist Merdeka Sirait Minta BPOM Lakukan Ini

Berdasarkan lokasi temuan, temuan pangan rusak banyak ditemukan di Jayapura, Padang, Bandung, Aceh, dan Manokwari dengan jenis produk mentega, ikan dalam kaleng, minuman berperisa, kecap, dan susu kental manis.

Temuan pangan kedaluwarsa banyak ditemukan di Manokwari, Jayapura, Samarinda, Ambon dan Denpasar dengan jenis produk mi instan, bahan tambahan pangan, biskuit, minuman serbuk dan makanan ringan.

Sementara untuk pangan TIE banyak ditemukan di Lampung, Palembang, Mataram, Batam dan Kendari dengan jenis produk teh, garam, makanan ringan, biskuit, gula dan tepung.

Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bahaya produk pangan TMK jelang Ramadan dan Lebaran, BPOM juga melakukan berbagai bentuk kegiatan sosialisasi serta komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

“Intensifikasi pengawasan pangan tahun 2017 akan sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini Badan POM juga akan membuka posko-posko pengaduan dan menempatkan mobil laboratorium keliling di beberapa titik mudik, sehingga masyarakat dapat langsung melapor jika menemukan pangan yang tidak memenuhi ketentuan,” ujar Kepala Badan POM, Penny K. Lukito.

Pendekatan preventif lain juga dilakukan BPOM, antara lain mengajak pelaku usaha dan para peritel untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam menjaga keamanan dan mutu pangan sepanjang rantai distribusi. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya