Stand Up Comedy dan Masa Depan Menjanjikan

Ramon Papana
Sumber :
  • VIVAnews/Heryu Nandiasa

VIVA.co.id – Dunia hiburan Tanah Air semakin lengkap saja dengan kehadiran stand up comedy. Setelah generasi lawak lewat grup yang mendominasi panggung komedi Tanah Air, kini giliran pelawak tunggal atau monolog alias comic (orang yang membawakan Stand Up Comedy).

Pekerja Seni: Aturan Tembakau di RPP Kesehatan Harus Dikaji Ulang

Satu per satu ajang berbakat khas stand up comedy bermunculan di sejumlah stasiun televisi. Sebut saja Kompas TV yang memulai ajang pencarian bakat stand up comedy sejak tahun 2011.

Kini acara yang bertajuk Stand Up Comedy Indonesia itu masih menghiasi layar kaca dengan melahirkan sejumlah comic handal. Mereka pun tak hanya sukses sebagai comic, sejumlah film layar lebar pun ikut dibintangi.

Perjalanan Karier Babe Cabita dari Juara SUCI 3 hingga Bisnis Kuliner

Sebut saja Indra Jegel yang membintangi film komedi The Guys, lalu ada Ernest Prakasa yang sudah membintangi film Cek Toko Sebelah, Ngenest The Movie dan Rudy Habibie.

Berangkat dari seorang comic dan melalui sebuah kompetisi ajang pencarian bakat stand up comedy, kini mereka dikenal oleh publik dan sukses menjadi bintang film layar lebar.

Profil Babe Cabita, Meninggal Dunia karena Anemia Aplastik di Uisa 34 Tahun

Bikin Tenar

Sang maestro atau pionir stand up comedy, Ramon Papana, yang sudah terkenal sebagai suhu atau guru di dunia komedi menyebut komedi ala monolog itu sangat menjanjikan bagi para anak muda. Anak muda kini bisa memulai mengasah bakat menjadi seorang comic.

"Saya yakin sekali bahwa stand up comedy ini bisa menjanjikan kehidupan, popularitas dan sukses besar bagi anak muda yang berminat besar untuk terjun ke dunia entertainment," ujar Ramon saat diwawancarai VIVA.co.id.

Ramon menyebut dengan berbekal kelucuan yang dimiliki dan wawasan yang lumayan luas, seseorang bisa sukses menjadi comic dan mengalahkan profesi lainnya di dunia hiburan.

"Dibanding dilatih nyanyi, ngeband, akting, atau MC, lebih bagus dia belajar stand up comedy karena posisi stand up comedy itu akan menjadi penguasa dunia entertainment di dunia Indonesia," ujarnya pria yang gemar mengenakan topi ini.

Bagi Ramon, bisnis komedi di Tanah Air sangat menggiurkan. Tak ayal seorang comic pun kini memiliki bayaran tinggi.

"Sekarang aja pensi-pensi sudah pakai stand up comedy. Berbarengan dengan itu, bisnis komedi akan mulai besar di Indonesia. Stand up comedy akan menguasai, baik secara bisnis maupun seni dan itu pasti," ujar Ramon.

Meski terbilang perkembangannya tak secepat di Malaysia, Ramon berharap muncul para comic yang mumpuni, yang mampu mengharumkan nama Indonesia di luar negeri lewat stand up comedy.

"Cuma di Indonesia agak lambat meski kita mending kalau dibanding Malaysia. Tapi pasti ada kok yang muncul dan sukses," ujar pria yang juga berprofesi sebagai penulis itu.

Sukses menurut Ramon bagi seorang comic adalah bisa laris manis mendapat job manggung stand up-nya.

"Kalau kita terjun ke dunia stand up comedy, maka karier yang terlihat jelas adalah menjadi comic profesional. Artinya, sering-sering tampil dibayar dan rutin. Dia akan rajin show dan tampil di televisi," ucap pria yang juga berprofesi sebagai disc jockey ini.

Ramon pun yakin dengan kebutuhan seorang pemeran atau bintang baru di dunia layar lebar, akan sangat mungkin seorang comic menjadi aktor hebat.

"Aktor terbanyak itu bukan dari sekolah akting, pencarian bakat, tapi dari stand up comedy. Sekarang lihat film Indonesia, mau film Habibie kek, mau film lucu, mau film apa, semuanya ada stand up comedian. Bukan cuma film, ada juga sinetron. Padahal tadi saya bilang, mereka belum paham benar stand up comedy, tapi dunianya sudah terlalu kuat," ucap pria 60 tahun itu.

Namun Ramon mengingatkan kepada comic agar tak hanya menunjukkan penampilan panggungnya, mereka juga harus bisa menulis. Menulis bahan komedi adalah modal seorang comic bisa menghibur dengan tertata dan rapih.

"Ada karier lagi kan, tawaran jadi penulis. Lalu sekarang, kalau dilihat, stand up comedian bisa kaya raya itu justru bukan dari stand up comedy. Ironis, sebetulnya. Kayak Eddie Murphy dan Jim Carrey, meledaknya setelah jadi artis. Di sini juga begitu, Ernest misalnya," ucap Ramon.

Meski demikian, Ramon masih mengaku sedih jika seorang comic yang tengah membawakan materi lawakan menyerempet ke hal SARA (suku agama ras). Ramon menginginkan seorang comic meninggalkan hal-hal berbaru SARA atau menyindir pihak lain.

"Menurut saya, yang salah adalah dia sudah mengaku sebagai stand up comedian. Padahal, dia belum menguasai ilmu stand up comedy.Ingat, bahwa stand up comedy itu adalah smart comedy, komedi cerdas. Enggak ada orang cerdas kelepasan ngomong dan menghina orang lain," tegas Ramon.

Ramon yakin seorang comic yang cerdas akan mencari bahan komedian yang tidak merugikan pihak lain. "Dengan kecerdasannya, dia berpikir bahwa ini adalah risiko untuk kariernya. Yang bisa memperhatikan ini adalah orang cerdas, bagaimana kalau dia sendiri saja masih panik untuk menentukan materi," ucap Ramon. Intinya lanjut Ramon, intelektualitas sangat penting bagi seorang comic.

Ramon pun selalu meminta kepada comic muda dan pemula untuk mencari bahan lawakan yang cerdas dan mudah dimengerti.

"Tampilkan materi cerdas. Ini kan komedi cerdas, artinya buatnya mesti cerdas pakai ilmu dan rumus segala macam. Bawain di panggung juga harus cerdas. Penonton juga enggak bisa nikmati kalau dia enggak cerdas," ujar Ramon.

Kesulitan Comic

Namun Ramon kembali mengingatkan bahwa dunia stand up comedy di Tanah Air masih dalam kategori berkembang. Comic dari Indonesia masih harus belajar dari kemajuan stand up comedy di luar negeri.

"Kalau di seluruh dunia itu lebih mudah sekarang, karena masyarakat dan ranah komersil sudah tahu (stand up comedy). Kalau di Indonesia sendiri, belum sepenuhnya tahu. Otomatis lahannya masih kecil," ujar Ramon.

Namun Ramon sudah melihat sedikit demi sedikit anak-anak sekolah memberanikan diri melawak di depan umum. Mereka, anak-anak sekolah banyak belajar dari para seniornya yang tampil di sekolah mereka.

"Pensi-pensi mulai menggunakan stand up comedy. Mereka pemula mulai berani tampil, orderannya juga mulai banyak," ucap Ramon.

Ramon pun mengungkapkan bahwa Stand Up Comedy tak bisa dipelajari dengan otodidak. Seorang calon Stand Up Comedy harus memiliki wawasan yang cukup luas.

"Intinya stand up comedy enggak bisa dipelajari otodidak, enggak bisa cuma mengandalkan bakat. Ini (stand up comedy)juga ilmu," ucap Ramon.

Ramon lalu mengajak bagi para pemula bisa memahami lebih dalam tentang profesi stand up comedy yang benar.

"Pesan saya adalah coba pelajari kalau stand up comedy itu belum berkembang di Indonesia. Sebarkanlah teknik, teori dan pengertian yang benar. Pesan berikutnya adalah buat anak-anak yang sudah berusaha tapi belum maksimal, coba pahami lagi. Apakah yang kamu pelajari itu sudah benar tentang stand up comedy atau belum? Yuk belajar sama-sama, nantinya pasti lebih paham, enjoy dan menghasilkan," ucap Ramon.

Tak muluk-muluk,nantinya Ramon ingin menyaksikan generasi Stand Up Comedy terus lahir dari televisi yang dia tontonnya di usia senja.

"Cita-cita saya kalau sudah tua nanti adalah duduk di kursi goyang, nonton televisi dan melihat stand up comedy Indonesia yang cerdas. Saya juga mau lihat nanti comic-comic yang berhasil. Begitulah stand up comedy yang benar untuk masa depan Indonesia," kata Ramon.

Step By Step Jadi Comic

Belajar Stand Up Comedy sendiri menurut Ramon, susah-susah mudah Perlu beberapa tahap bagi seorang comic pemula agar bisa mahir membuat banyak orang tertawa.

"Stand up comedy itu sudah jadi ilmu dan diajarkan oleh guru serta mentor di seluruh dunia. Ada berbagai cara orang mengajarkan komedi , tapi semuanya sepakat tentang satu hal: stand up comedy hanya bisa dipelajary step-by-step," ujar Ramon.

Diutarakan Ramon, comic pemula harus memberanikan menulis. Menulis dalam artian punya senjata untuk membuat orang yang mendengarnya tertawa.

"Disiplinnya, jangan dipaksakan tampil sebelum menulis (komedi). Jangan menulis dulu sebelum tahu istilah-istilahnya, apa itu setup, apa itu punch (kejutan yang lucu), apa itu tagline, dan sebagainya. Harus tahu. Sebelum itu semua, yang harus dipelajari terlebih dahulu dalam stand up comedy adalah jokes writing," ucap Ramon.

Setelah mahir menulis, Ramon memberi resep kepada comic pemula untuk bisa menguasai panggung. Katanya, comic harus percaya diri saat melempar jokes atau bahan lawakannya. JIka itu sudah bisa, barulah seorang comic belajar delivery atau ilmu panggung. Mengatasi rasa gugup, bagaimana pegang mic, menghadap ke orang, muka, pakaian. Itu menjadi pelajaran dasar.

Ramon pun mencontohkan seorang guru besar dunia komedi dari Amerika Serikat, Judy Carter, yang mengatakan bahwa comic harus punya persiapan yang lebih dari ketimbang seorang pembaca sajak atau pun penari.

"Dia bilang kita bisa naik ke atas panggung buat baca sajak, nari-nari, breakdance, terserah. Tapi, sepanjang kamu tidak melakukan set up (bagian yang tidak lucu) dan punch, Anda tidak melakukan stand up comedy. Hukum-hukum itu harus diikuti terlebih dahulu," ucap Ramon.

Yang kini disayangkan Ramon, di Indonesia, stand up comedy justru muncul dari ajang pencarian bakat meski hal serupa juga dilakukan di luar negeri.  “Dulu  di luar negeri independe,  baru ada sekarang-sekarang. Itu pun enggak disetujui oleh banyak orang. Karena ada yang bilang juga komedi itu enggak bisa diadu," ucap Ramon.

Namun tak dipungkiri saat ini kata Ramon, comic bermunculan justru melalui sebuah kompetisi. Padahal seharusnya tidak perlu ada kompetisi. Karena lucu tidak bisa diadu.

Spesial Show

Salah satu comic yang cukup terkenal di dunia stand up comedy, Cemen, angkat bicara soal mimpinya yang ingin membuat spesial show. Berangkat akan kekagumannya kepada Ernest Prakasa dan Raditya Dika, juri yang menilai penampilannya saat menjuarai Stand Up Comedy Academy Indosiar season satu, Cemen pun kini memiliki banyak mimpi.

"Kemarin sudah masuk TV. Sekarang ingin bikin spesial show, film dan nulis buku stand up comedy," ucap pemilik nama asli Chrismanto Eka Prastio itu.

Ia pun tak menampik kini bayaran manggungnya sudah jutaan rupiah. Dahulu sebelum tenar, Cemen mengaku hanya dibayar Rp200 ribu atau bahkan hanya ucapan terima kasih.

Bagi Cemen, untuk menjadi seorang comic profesional tidaklah sulit. Cemen menyarankan seorang comic pemula banyak berlatih, ikut komunitas dan berani berkompetisi. Caranya, banyak tampil di komunitas-komunitas yang kini banyak tersebar di Jabodetabek. Ini penting untuk melatih materi dan mental.

Tak hanya Cemen, comic lainnya seperti Indra Jegel pun merasakan manisnya setelah menjuarai kompetisi stand up yang digelar Kompas TV. Pemilik nama lengkap Indra Gunawan itu kini tak hanya laris manis menjadi seorang comic, belum lama ini dia terlibat dalam film komedi, The Guys.

"Setelah film, aku tertarik seperti karier Mas Pandji yang sukses dengan world tour stand up comedy-nya, itu pencapaian yang luar biasa menurutku," ucap Indra Jegel.

Namun sayang, soal penghasilan seorang comic yang mencapai jutaan rupiah, pemilik nama lengkap Indra Gunawan itu malu-malu membeberkannya. Indra lebih memilih mensyukurinya.

Indra menyebut rasa percaya diri yang tinggi menjadi modal dirinya mampu menjadikan dirinya comic terkenal saat ini dan memiliki bayaran tertinggi. Indra pun mengatakan seorang comic harus memiliki wawasan yang luas, berbobot dan berbekal jokes yang cerdas. "Harus pede (percaya diri). Intinya ya kita punya modal yang tinggi dari jokes yang kita punya. Juga jangan lupa rendah hati," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya