9 Hal yang Perlu Diketahui dari Hotel Tebing 1.600 Kaki

Badega Skylodge Hotel di kawasan tebing Gunung Parang, Purwakarta Jawa Barat dipotret dengan menggunakan drone.
Sumber :
  • VIVA/Kurnen Permana

VIVA – The best view comes after the hardest climbing. Yup, ungkapan ini tepat diberikan untuk Badega Skylodge Hotel Padjajaran Anyar di Gunung Parang Purwakarta, Jawa Barat.

BPBD Assessment Pergerakan Tanah di Purwakarta

Bagaimana tidak. Konsep villa gantung yang dipadupadan dengan petualangan yang memompa jantung ketika merayapi tebing ini, harus diakui menjadi sesuatu yang berbeda dan menimbulkan kesan mendalam bagi siapa pun.

Untuk Indonesia, Badega Skylodge Hotel telah menjadi hotel pionir pertama yang dibangun di atas tebing. Meski saat ini baru ada satu, namun karya tangan asli para pemuda di Desa Pasanggrahan Purwakarta ini telah kesohor.

Asyik Lawan Arah, Bus Pandawa 87 Diadang Kopassus

Maklum, apa yang kini dibangun di atas bukit batu setinggi hampir 1.000 meter itu, nyaris serupa dengan yang ada di Skylodge Adventure Suite di lembah suci Cusco Pegunungan Andes, Peru.

Dan hebatnya lagi, hotel tebing ini dibangun jauh lebih tinggi dan jauh menakjubkan dibanding Peru. Bayangkan saja, jika di Peru ketinggiannya 1.312 kaki atau 300 meter, maka Badega Skylodge ada di ketinggian 1.640 kaki atau setara 500 meter. Hebat bukan.

Top Trending: Sosok Noni Belanda Jadi Anggota TNI sampai Polisi Beri Mahar Emas Palsu

Lalu sesungguhnya apa saja keunikan lain dari hotel yang dibanderol Rp4 juta per malam ini?

Memanjat dan meluncur

Lintasan Ferrata atau tangga besi sebelum menuju lokasi Skylodge Hotel Purwakarta Jawa Barat

Untuk menuju Skylodge, sebenarnya bukan perkara mudah. Buat yang punya riwayat sakit jantung atau epilepsi, tak disarankan untuk ini. Maklum, untuk menuju ke hotel para pengunjung harus memanjat tebing setinggi 500 meter.

Meski pemanjatan ini menggunakan fasilitas Ferrata atau tangga besi yang telah dipasak ke dalam batu. Namun tetap, memanjat dengan ketinggian ratusan meter membutuhkan nyali lebih.

Belum ketika harus meluncur dari sebuah sling baja sejauh 60 meter untuk menuju ke teras skylodge. Bisa dipastikan akan membuat kuduk merinding. Namun demikian, memang butuh usaha keras untuk menikmati hadiah tak terduga.

Puluhan ton

Dhani Dhaelami, penggagas Badega Skylodge menyebutkan hotel yang dibangun selama 3 bulan itu, seluruhnya menggunakan rangka baja.

"Berat rangkanya mencapai 1,2 ton, dan memiliki kapasitas tahan beban mencapai 10 ton. Insya Allah aman," ujarnya kepada VIVA.

Tahan peluru

Pemandangan alam dari atas teras Skylodge Hotel Purwakarta

Dari kejauhan, Badega Skylodge persis seperti sebuah kapsul kaca transparan. Maklum, seluruh rangka sepanjang 6 meter dan lebar 2,6 meter itu dibalut dengan plastik transparan polycarbonat.

"Bahannya kokoh dan anti peluru," ujar Dhani.

Ya, dengan desain transparan, ini akan membuat pengunjung leluasa menikmati panorama ciamik dari tempat tidur mereka tanpa harus was-was jatuh.

Meski begitu, di hotel ini juga tetap menyediakan teras terbuka di atap hotel. Ini juga bisa dinikmati, namun memang pengunjung tak boleh lepas dari pengaman berupa cincin kait yang menyatu dengan harness di tubuhnya.

Ramah lingkungan

Peringatan larangan merokok di dalam Skylodge Hotel Purwakarta Jawa Barat

Hotel berbentuk kapsul ini menyediakan fasilitas lumayan lengkap. Selain kasur dengan kapasitas 3-4 orang, televisi, AC, pemanas makanan dan air, serta wastafel.

Dia juga menyediakan kloset duduk untuk yang ingin buang hajat. Namun jangan takut, meski hanya bersekat tirai dan berada di dalam satu ruangan dengan kamar, ia menggunakan konsep eco friendly.

"Kami menggunakan mikroba khusus untuk membuat kotoran jadi gel. Ia bisa mempercepat pembusukan, sehingga tidak bau. Ketika dibuang pun bisa jadi pupuk," tutur Dhani.

Luar biasa bukan.

Hemat air

Fasilitas wastafel dan toilet yang ada di dalam skylodge Hotel di Gunung Parang Purwakarta/VIVA

Diakui hingga kini pengelola hotel tebing satu-satunya di Indonesia ini, masih kelimpungan menyiasati pasokan air untuk yang menginap.

Meski kini, telah dibangun tempat penampung air dari tabung plastik dan terhubung ke dalam hotel. Namun tetap terbatas. Sejauh ini hotel ini masih harus mengandalkan air hujan.

Sehingga bagi para pengunjung memang diharuskan berhemat air. Mandi pun baiknya tak dilakukan untuk menjaga air tetap tersedia.

"Kami sedang memikirkan caranya mendorong air dengan pompa dari bawah. Namun biayanya sangat mahal. Bayangkan, satu pompa itu butuh biaya sampai Rp50 juta sementara kebutuhannya bisa sampai empat pompa, biar stabil," ujar Dhani.

Kabel listrik

Lampu penerangan yang tersedia di dalam ruang Skylodge Hotel di kawasan Gunung Parang Purwakarta Jawa Barat

Di Badega Skylodge, meski berada di ketinggian 500 meter, tak perlu khawatir soal listrik. Sehingga pengunjung yang butuh pasokan listrik untuk mengisi baterai ponsel atau kamera tak perlu takut kehabisan.

Di hotel ini, secara langsung terhubung dengan aliran listrik dari Desa Pasanggarahan. "Kami pakai kabel sepanjang lebih dari 500 meter sampai ke atas," ujar Dhani.

Kontrak bermaterai

Surat pernyataan dan asuransi untuk pengunjung Skylodge Hotel

Menikmati Badega Skylodge, adalah sebuah liburan ekstrem yang menguji nyali. Karena itu, setiap pengunjung mesti menandatngani 'kontrak mati' dari pengelola sebelum berangkat.

Kontrak dimaksud berupa surat pernyataan untuk siap menanggung risiko sendiri, jika ada hal-hal di luar tanggung jawab pengelola. "Surat pernyataannya bermaterai, dan kami juga sediakan asuransi," ujar Dhani.

Atas itu, kepada pengunjung disarankan untuk melaporkan riwayat penyakitnya kepada pengelola atau pemandu. Sebab dengan itu dapat segera diantisipasi jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

"Kami tak menyarankan pengunjung yang punya riwayat sakit jantung dan ayan (epilepsi). Setiap orang harus sehat," tambah Dhani.

Waspada petir

Pengaman tubuh yang harus terpasang bagi pengunjung Skylodge Hotel Gunung Parang

Dari awal dituliskan jika menuju hotel ini kita harus memanjat tangga besi atau Ferrata. Ribuan anak tangga besi yang dipasak ke dalam batu ini, di sisi kanan atau kirinya dilengkapi sling baja sebagai pengaman.

Jadi, sembari menapaki anak tangga. Pengunjung yang terhubung dengan cincin kait (carabiner) di tubuhnya mesti memindahkan cincin kaitnya setiap jarak 1,5 meter atau 2,5 meter.

Namun demikian, keberadaan tangga besi ini, selain memudahkan pemanjat. Ia juga bisa berbahaya ketika musim penghujan khususnya saat ada petir.

Atas itu, sangat disarankan kepada pengunjung untuk tidak memanjat Ferrata saat hujan dan petir. Risikonya bisa fatal.

20 titik potensial


Bagi Dhani Dhaelami, satu unit hotel tebing di Gunung Parang belum lah cukup. Sebab melihat antusiasme pengunjung, dari hotel yang sedianya baru diluncurkan Januari 2018 ini, ternyata begitu mengejutkan.

"Januari sampai Maret 2018, sudah di-booking semua," ujarnya.

Atas itu, ia bercita-cita akan membangun sembilan unit tambahan lagi. Namun demikian, hotel yang dibangun secara swadaya dengan modal sekurangnya Rp250 juta itu bukan perkara murah.

Sebab untuk membangun tambahan sembilan unit lagi, setidaknya butuh uang lebih dari Rp2,3 miliar. "Kami sudah memperkirakan setidaknya ada 20 titik potensial untuk lokasi hotel ini. Mudah-mudahan ada orang yang berminat menanamkan investasinya di sini," ujar Dhani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya