Konsumsi Minuman Isotonik Saat Sahur, Baik atau Tidak?
VIVAlife - Maraknya iklan obat, makanan, dan minuman yang dihubungkan dengan aktivitas puasa di bulan Ramadan mengundang keprihatinan praktisi kesehatan. Menurut dr. Ari Fahrial Syam, iklan-iklan yang ada cenderung tendensius dan berlebihan.
Anjuran minum isotonik ketika sahur dan berbuka misalnya. Ia menilai hal tersebut salah kaprah. Larutan isotonik, ujarnya, hanya dikonsumsi ketika dibutuhkan, seperti saat berkeringat atau olahraga.
"Tentu tidak pada saat kita habis bangun tidur seperti saat sahur," ujar Ari di Jakarta.
Larutan isotonik sendiri mengandung gula dan elektrolit, terutama garam atau natrium. Dengan mengonsumsi produk isotonik ini akan terjadi penambahan konsumsi gula dan garam. Itu sebabnya mereka yang mengalami obesitas serta penderita kencing manis harus memperhitungkan penambahan gula.
"Jika tidak akan menyebab orang yang obesitas akan semakin gemuk dan orang dengan penyakit kencing manis gula darahnya menjadi tidak terkontrol," katanya.
Begitu pula bagi seseorang yang menderita hipertensi. Tambahan garam dari larutan isotonik ini, menurutnya, juga harus diperhitungkan. "Saya menganjurkan sebaiknya selama puasa ini kita lebih baik mengonsumsi air putih saja," ucap Ari.
"Promosi obat maag dalam hal ini yang kandungannya antasida sudah kebablasan. Seolah-olah produk ini untuk mencegah agar masyarakat tidak mengalami gangguan lambung selama berpuasa," ucap Ari.
Padahal, ujar Ari, obat tersebut digunakan untuk mengurangi keluhan lambung. Bukan untuk mencegah orang menderita sakit maag karena berpuasa.
"Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan sakit maag akan lebih nyaman bahkan merasa sembuh saat puasa Ramadan," ujar dokter spesialis penyakit dalam ini.
