Studi: Makanan Cepat Saji Perlambat Otak Anak

Obesitas anak.
Sumber :
  • iStock
VIVAlife - Makanan cepat saji sudah banyak disalahkan untuk berbagai masalah kesehatan mulai dari obesitas, penyakit jantung hingga kondisi kulit yang buruk. Belum lama ini, sebuah studi baru menemukan bahwa makanan cepat saji juga mampu memperlambat otak.
Pelita Air Klaim Tak Ada Kendala saat Angkut Penumpang Arus Balik Lebaran 2024

Menurut studi tersebut, anak-anak yang gemar menyantap makanan cepat saji memiliki nilai pelajaran matematika, ilmu pengetahuan dan membaca yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak mengonsumsi makanan cepat saji.
Jeep Rubicon Mario Dandy Dilelang dengan Harga Limit Rp809 Juta, Intip Spesifikasinya

Salah satu teori yang diungkapkan oleh peneliti adalah makanan saji mengandung kadar zat besi yang rendah sehingga memperlambat pengembangan proses tertentu dalam otak. Teori lain mengatakan bahwa makanan yang tinggi lemak dan gula memiliki dampak negatif pada proses pembelajaran.
Pesan Vicky Prasetyo Jika Meninggal Dunia, Minta Hal Ini ke Keluarga

"Studi telah difokuskan pada bagaimana konsumsi makanan cepat saji memberikan kontribusi terhadap epidemi obesitas anak. Temuan kami memberikan bukti bahwa makan makanan cepat saji terkait dengan masalah lain yakni hasil akademis buruk," ujar Dr Kelly Purtell yang memimpin studi di Ohio State University tersebut seperti dilansir dari Daily Mail.

Studi menggunakan data dari sampel representatif nasional 8.500 anak sekolah di Amerika Serikat yang asupan makanan saji mereka diukur pada usia 10 tahun. Data itu kemudian dibandingkan dengan hasil tes akademik tiga tahun kemudian, setelah memperhitungkan lebih dari dua lusin faktor lain yang relevan. Anak-anak ditanya berapa kali mengonsumsi makanan dari sejumlah restoran cepat saji.

Sebanyak 52 persen dari mereka mengosumsi makanan cepat saji satu hingga tiga kali dalam seminggu, dan 10 persen sebanyak empat hingga enam kali. Sepuluh persen lainnya mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari selama satu minggu.

Setelah diminta mengerjakan soal matematika, ilmu pengetahuan dan tes membaca, hasilnya, mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari dalam seminggu mendapatkan nilai paling rendah, yakni rata-ratanya hanya 79 poin. Sedangkan anak-anak yang sama sekali tidak pernah menyantap makanan cepat saji mendapatkan nilai rata-rata sebesat 83 poin.

Tahun lalu, peneliti Australia mengungkapkan, mengonsumsi makanan cepat saji memiliki efek yang merugikan pada memori. Hal itu ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada tikus.

Para peneliti di University of New South Wales menunjukkan bahwa tikus yang diberi makanan tinggi lemak dan gula mengalami radang pada hippocampus, wilayah otak yang berhubungan dengan memori verbal dan spasial. Memori spasial membantu Anda mengingat hal-hal, seperti tata letak.

Studi juga menunjukkan bahwa obesitas dapat memicu perubahan di otak yang pada akhirnya akan menyebabkan peradangan. (ase)

Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya